GridHot.ID - Mitos soal arti kedutan menurut Primbon Jawa masih berkembang di masyarakat hingga sekarang.
Untuk diketahui, kedutan biasanya dilihat dari dua sisi. Pertama, sisi kesehatan. Kedua, sisi mitos.
Melansir Kompas.com, dilihat dari sisi kesehatan, kedutan merupakan salah satu sinyal yang diberikan oleh tubuh melalui otot. Tak jauh berbeda dengan kram, kedutan merupakan hasil aliran listrik syaraf tak normal pada otot.
Lalu, sisi mitos, kedutan dipercaya sebagai pertanda akan terjadinya sesuatu.
Melansir TribunBatam.id, kita akan membahas mitos arti kedutan di pipi kiri menurut primbon Jawa.
1. Kedutan pipi kiri dekat mata
Bagi Anda yang mengalami kedutan di bagian ini, berhati-hatilah.
Mitosnya, kedutan di bagian ini merupakan pertanda yang kurang baik.
Anda akan menangis dalam waktu dekat ini.
Tangis yang Anda alami ini bisa terjadi karena kesedihan.
2. Kedutan di tulang pipi kiri
Kedutan di bagian ini bisa dibilang jarang terjadi.
Meski jarang terjadi, kedutan di bagian ini merupakan pertanda baik bagi Anda yang mengalaminya.
Dalam waktu dekat ini, Anda akan mendapatkan rezeki yang besar.
Rezeki ini datangnya dari sesuatu yang tidak akan Anda duga sebelumnya.
3. Kedutan pipi kiri dekat hidung
Kedutan di bagian ini juga merupakan sebuah pertanda baik.
Meski Anda sedang sakit, Anda akan mendapat kesembuhan dan juga kebahagiaan.
Sedangkan jika Anda mengalami kedutan di bagian ini dalam keadaan sehat, maka artinya apa yang Anda cita-citakan selama ini akan segera terwujud.
4. Kedutan pipi kiri dekat bibir
Berhati-hatilah Anda jika mengalami kedutan di bagian ini.
Menurut Primbon Jawa, konon kedutan di bagian ini merupakan pertanda buruk bagi yang mengalaminya.
Anda akan dibuat kesal dan jengkel dalam waktu dekat ini.
5. Kedutan pipi kiri dekat telinga
Berbeda dari kedutan sebelumnya, kedutan pada bagian ini malah menandakan pertanda baik.
Dalam waktu dekat ini, Anda akan mendengar kabar baik yang mungkin akan terjadi pada beberapa hari ke depan.
Kabar baik ini bisa dalam bentuk apa pun, mulai dari rezeki, pekerjaan, hingga asmara.
(*)