Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sosok pengusaha mentereng ini telah meninggal dunia.
Meski sudah lama meninggal dunia, sosoknya masih terus dikenal karena usahanya terus berkembang di Indonesia.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, sosok pengusaha yang telah meninggal dunia tersebut adalah Ciputra.
Ciputra merupakan raja properti di Indonesia.
Dirinya dilaporkan memiliki kekayaan lebih dari Rp18,2 triliun (Saat kurs Rp14.000 per Dollar AS).
Pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah, 14 Agustus 1931 ini bahkan menjadi orang terkaya ke-27 di Indonesia.
Dirinya meninggal dunia oada Rabu, 27 November 2019 di Singapura.
Karir profesional Ciputra memang dimulai dari menjadi direksi di Jaya Group BUMD DKI Jakarta.
Hingga akhirnya Ciputra terus berkembang pesat di dunia properti ingga mendirikan perusahaan keluarga Ciputra Group yang berisi seluruh anak dan menantunya.
"Seorang entrepreneur adalah seseorang yang inovatif dan mampu mewujudkan cita-cita kreatifnya," demikian golden quote yang diucapkan pengusaha tersohor Ciputra seperti dikutip dari dalam bukunya yang berjudul "Ciputra Quantum Leap".
Oleh karena itu, Ciputra berpandangan bahwa seorang entrepreneur sejatinya harus dapat mengubah padang ilalang jadi kota baru, pembuangan sampah menjadi resort yang indium, kawasan kumuh menjadi pencakar langit tempat ribuan orang bekerja.
"Entrepeneur mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas," tegas Ciputra. Hal itu terus diungkapkan pengusaha properti terkenal ini sebagai gambaran seorang entrepreneur.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah ini dikenal sebagai filantropi dan berkiprah di bidang pendidikan dengan mengambangkan Universitas Ciputra.
Ciputra juga banyak menguasai bidang properti.
Di balik kesuksesannya itu, siapa sangka Pak Ci, panggilan akrab Ciputra, pernah menjadi seorang petani setelah kehilangan ayahnya yang ditangkap dan ditahan tentara penjajah Jepang.
Ia bahkan sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak umur 12 tahun.
“Saya dari Desa Pepaya. Waktu zaman Jepang, saya harus sekolah, harus juga berkebun, dan jadi kepala rumah tangga. Sebab saat itu kakak saya tinggal tinggal bersama saya,” ucap Ciputra seperti dilansir Koran Harian Kompas pada Minggu, 24 November 1985.
Tidak hanya menjadi petani, kala itu Ciputra juga menggembalakan hewan ternak, yakni empat ekor sapi, dua ekor kuda, puluhan ekor kambing, dan 15 ekor anjing.
Setiap hari, Ciputra harus bangun pukul 05.00 WIB dan berangkat sekolah pukul 06.00 WIB.
Sebab, saat itu jarak sekolah dengan rumahnya harus ditempuh dengan waktu satu jam.
Sehingga untuk sampai di sekolah dengan cepat, ia harus berlari untuk menghemat waktu.
“Setiap mau berangkat sekolah saya harus berlari agar tidak terlambat ke sekolah kadang naik kuda juga. Tapi rasanya kuda itu lebih lelah daripada saya berlari,” kata Ciputra.
Baca Juga: Sudah Diramalkan Primbon Jawa Sejak Dulu, Inilah Arti Kedutan di Lutut Kanan yang Perlu Diketahui
Setelah sepulang sekolah, Ciputra kembali berkebun dan mengurus hewan ternaknya.
Hal itu ia lakukan karena desakan Jepang pada zaman penjajahan.
“Jadi ya emang berkebun dan berternak kami sendiri, tidak memakai buruh lain yang mengerjakan ladang kami. Jadi memang tidak ada itu, jiwa feodal,” ucap Ciputra.
(*)