'Kelaparan Dianggap Cobaan', Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres Diduga Cari Kemuliaan, Kriminolog Desak Polisi Lakukan 1 Hal, Apa?

Rabu, 16 November 2022 | 18:42
Kolase TribunJakarta.com/Ist

Petugas PMI dan kepolisian menyemprot disinfektan dan menabur kopi di beberapa sudut rumah tempat penemuan satu keluarga tewas di Kalideres, tepatnya di Perumahan Citra Garden I, Jakarta Barat disemprot cairan disinfektan pada Sabtu (12/11/2022) malam.

GridHot.ID - Kasus keluarga yang tewas di Kalideres masih menjadi perbincangan panas.

Berbagai dugaan tentang penyebab kematian terus mencuat ke permukaan.

Dugaan tentang penyebab kematian salah satunya datang dari Kriminolog Universitas Indonesia bernama Andrianus Meliala.

Dilansir dari Kompas.com, Andrianus meragukan keluarga yang ditemukan tewas pada Kamis (10/11/2022), di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, tewas karena kelaparan.

Andrianus menduga keluarga itu tewas karena sengaja dilaparkan bukan karena kelaparan.

"BayangKan, mati kelaparan itu susah sekali. Menderita sekali," ucapnya dikutip dari Kompas TV pada Selasa (15/11/2022).

"Lain ceritanya kalau kelaparan itu memang sengaja. Artinya ada niat dari orang lain untuk membuat orang itu lapar," lanjutnya.

Andrianus juga menduga ada keyakinan yang luar biasa kuat, seperti keyakinan spiritual mengenai dunia setelah mati, membuat keluarga itu bersedia untuk ke arah itu demi mencapai suatu kemuliaan.

"Kalau orang sudah berpikir tantang dunia fana, makan hal-hal yang ada di dunia ini adalah cobaan," tuturnya.

"Nah, maka kelaparan dianggap sebagai suatu cobaan," lanjutnya.

Dugaan itu kemudian diperkuat dengan temuan polisi soal beragam buku dari berbagai macam agama.

Baca Juga: Sikapnya Berubah Jadi Tertutup, Gerak-gerik Keluarga yang Tewas di Kalideres Diungkap Tetangga, Singgung Kaki Berbungkus Plastik Hitam

Apabila kemungkinan teori itu benar, Adrianus mendesak kepolisian untuk menelusuri kasus kematian ini hingga tuntas.

Menurut Adrianus, polisi mesti melacak apakah sumber inspirasi kematian itu berasal dari mereka sendiri atau ada yang mengajarkan.

Pasalnya, kata dia, berdasarkan peristiswa yang pernah terjadi dan berkaitan dengan bunuh diri itu selalu ada kelompok, pemimpin, dan gurunya.

"Kalau benar demikian, polisi perlu mengejarnya dan menyangkakan (perbuatan) mendorong orang (untuk) mati agar mereka tidak bisa melenggang karena bisa terjadi lagi pada orang-orang lain," tutur Adrianus.

Keyakinan keluarga di Kalideres penganut sekte tertentu juga disimpulkan Adrianus lantaran waktu kematian yang berbeda-beda.

"Jadi saya berpikir bahwa pasti ada yang mati duluan dan itu adalah orang yang dipaksa, baru kemudian yang lain mengikuti," kata dia.

Kendati demikian, Adrianus tidak menutup kemungkinan perbedaan waktu tewas juga bisa dipengaruhi usia modalitas tubuh yang bergantung pada bobot tubuh dan usia seseorang.

Polisi pastikan satu keluarga yang tewas di Kalideres bukan karena kelaparan

Dilansir dari Tribunnews.com, Polda Metro Jaya memastikan satu keluarga yang tewas di rumahnya di Kalideres, Jakarta Barat, bukan karena kelaparan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan menyebut saat ini pihaknya masih melakukan pendalaman penyebab kematian keempat korban termasuk soal apakah mereka mengikuti aliran tertentu atau tidak.

"Sementara bukan karena kelaparan tetapi penyebabnya apakah karena menganut aliran tertentu atau ada hal lain ini masih didalami," kata Zulpan kepada wartawan, Rabu (16/11/2022).

Baca Juga: Kriminolog Punya Teori Liar Soal Keluarga yang Tewas di Kalideres, Duga Korban Sengaja Dilaparkan Bukan Kelaparan hingga Singgung Sekte Ini

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Hengki Haryadi menyebut pihaknya menggaet sejumlah ahli dalam proses penyelidikan kasus tersbeut.

"Saat ini Polda Metro Jaya melaksankan kolaborasi interprofesi scientific crime investigation melibatkan berbagai disiplin keahlian antara lain ahli forensik dan medikolegal, pathologi anatomi, psikiatri dan psikologi forensik, toksikologi forensik dan ahli DNA," ucap Hengki.

"Selain kedokteran forensik Polri juga melibatkan para ahli dari Universitas Indonesia," imbuh Hengki.

Diberitakan sebelumnya, empat orang anggota keluarga ditemukan tewas di dalam rumahnya, Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022).

Jasad satu keluarga yang telah membusuk itu ditemukan pertama kali oleh warga setempat yang sebelumnya terganggu dengan bau tak sedap di daerah permukimannya.

Keempat jasad itu, yakni Rudyanto Gunawan (71) yang ditemukan dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang.

Kemudian, istri Rudyanto bernama Margaretha Gunawan (68) ditemukan di kamar depan dalam posisi tertidur di atas kasur.

Di kamar yang sama juga ditemukan jasad anak dari Rudyanto-Margaretha bernama Dian (40), tetapi letaknya di lantai.

Terakhir, yakni ipar dari Rudyanto bernama Budyanto Gunawan yang ditemukan dalam posisi terlentang di sofa ruang tamu.

Sejauh ini, polisi menduga mereka meninggal dunia dalam waktu yang berbeda-beda.

Tetapi waktu tewas satu keluarga yang dikenal sangat tertutup dari lingkungan sekitar itu diperkirakan terjadi lebih dari dua pekan lalu.

Baca Juga: Satu Keluarga di Kalideres yang Ditemukan Tewas Diduga Menganut Paham Apokaliptik, Kriminolog UI Yakini Hal Ini: Mencabut Nyawa dengan Cara yang Ekstrem

Tak ada tanda kekerasan pada jasad mereka.

Belum pula ditemukan zat/unsur berbahaya di organ dalam.

Hal lain yang menjadi sorotan adalah tidak ditemukan sari-sari makanan di lambung keempat korban tewas tersebut.

Polisi masih menyelidiki penyebab kematian satu keluarga itu.

Jasad keempatnya hingga kini masih diperiksa petugas laboratorium forensik di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. (*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Kompas.com, Tribunnews.com