Rusia Ukraina Tumpah Darah Habis-habisan, Produsen Senjata di Eropa Timur Banjir Uang di Tengah Peperangan Putin dan Zelensky

Jumat, 25 November 2022 | 19:00
Reuters

Ilustrasi perang Rusia Ukraina

Gridhot.ID - Perang Rusia dengan Ukraina hingga detik ini masih terus memanas.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, dilaporkan Rusia menyerang beberapa fasilitas penting yang bisa membuat rakyat Ukraina kewalahan.

Presiden Zelensky bahkan sampai ngamuk gara-gara Rusia menyerang fasilitas penting seperti pembangkit listrik di Ukraina.

Pasalnya sebentar lagi musim dingin datang dan warga Ukraina bisa mati kedinginan tanpa adanya listrik.

Dalam perang ini sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa yang melayang.

Dikutip Gridhot dari Kontan, meski perang lebih banyak membawa sengsara, nyatanya perang antara Rusia dan Ukraina justru membawa untung bagi industri senjata di Eropa Timur.

Produksi senjata seperti peluru artileri dan perlengkapan militer melaju dengan kecepatan tertinggi sejak perang dingin ketika Eropa membantu Ukrania melawan Rusia.

Sekutu telah memasok senjata dan peralatan militer ke Kyiv sejak Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari, lalu.

Aksi ini bahkan membuat persediaan senjata mereka ludes terjual, mengutip Reuters pada Jumat (25/11).

Kiel Institute for the World Economy mencatat, Amerika Serikat dan Inggris memberikan bantuan militer paling langsung ke Ukraina antara 24 Januari dan 3 Oktober.

Lalu Polandia di tempat ketiga dan Republik Ceko di posisi ke sembilan ikut mengirimkan persenjataan.

Baca Juga: 3 Hari Terjebak di Reruntuhan, Bocah 4 Tahun Ini Selamat Meski Tak Makan dan Minum Selama 60 Jam, Begini Kisah Dramatis Penyelamatan Azka

Beberapa negara bekas Pakta Warsawa juga membantu Ukraina karena memandang persoalan ini sebagai masalah keamanan regional.

Maklum, mereka kian terus mewaspadai Rusia yang dulu menjadi tuan mereka di era Uni Soviet.

Hampir selusin pejabat pemerintah dan perusahaan serta analis yang berbicara kepada Reuters mengatakan konflik tersebut juga menghadirkan peluang baru bagi industri senjata di kawasan itu.

"Dengan mempertimbangkan realitas perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan sikap yang terlihat dari banyak negara yang bertujuan meningkatkan pengeluaran di bidang anggaran pertahanan, ada peluang nyata untuk memasuki pasar baru dan meningkatkan pendapatan ekspor di tahun-tahun mendatang," kata Sebastian Chwalek, CEO PGZ Polandia.

PGZ merupakaan perusahaan milik negara yang mengendalikan lebih dari 50 perusahaan pembuat senjata dan amunisi.

Produknya mulai dari dari pengangkut lapis baja hingga sistem udara tak berawak.

Melihat ceruk pasar yang kian terbuka, perusahaan ini bakal berinvestasi hingga US$ 1,8 miliar selama dekade berikutnya.

Nilai ini lebih dari dua kali lipat target sebelum perang.

“Itu termasuk fasilitas baru yang terletak lebih jauh dari perbatasan dengan sekutu Rusia, Belarus, untuk alasan keamanan,” katanya.

Pabrikan lain juga meningkatkan kapasitas produksi.

Pejabat pemerintah dari Polandia, Slovakia, dan Republik Ceko mengaku tengah berlomba untuk mempekerjakan pekerja demi memacu kapasitas produksi.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Legenda Pencipta Lagu Anak Ini Meninggal Dunia Mendadak, Sebelumnya Berobat Sedot Cairan Paru-paru dan Kondisi Sempat Sehat

Memang, segera setelah serangan Rusia, beberapa militer dan pabrikan Eropa timur mulai mengosongkan gudang mereka dari senjata dan amunisi era Soviet yang sudah dikenal Ukraina.

Sementara Kyiv menunggu peralatan standar NATO dari Barat.

Karena stok tersebut menyusut, pembuat senjata telah meningkatkan produksi peralatan yang lebih tua dan modern untuk menjaga pasokan tetap mengalir.

Aliran senjata telah membantu Ukraina memukul mundur pasukan Rusia dan merebut kembali sebagian wilayah.

Chwalek mengatakan PGZ sekarang akan memproduksi 1.000 sistem pertahanan udara manpad Piorun portabel pada tahun 2023.

Meskipun hasil produksi itu tidak akan dikirim ke Ukraina semuanya. Yang pasti, jumlah itu meningkat 600 pada tahun 2022 dan 300 hingga 350 pada tahun-tahun sebelumnya.

Perusahaan, yang katanya juga telah mengirimkan sistem artileri dan mortir, howitzer, rompi antipeluru, senjata kecil dan amunisi ke Ukraina, kemungkinan akan melampaui target pendapatan 2022 sebelum perang sebesar 6,74 miliar zloty.

Perusahaan dan pejabat yang berbicara dengan Reuters menolak memberikan rincian spesifik pasokan militer ke Ukraina, dan beberapa tidak ingin diidentifikasi, dengan alasan keamanan dan sensitivitas komersial.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, kontan