Gridhot.ID - Peperangan antara Rusia dan Ukraina semakin lama semakin memanas.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Rusia dilaporkan menggempur wilayah Dnupropetrovsk, Ukraina dengan artileri dan roket-roket berat.
Gedung-gedung tersebut hancur berantakan usai digempur Rusia, meski tak ada korban jiwa dari pihak Ukraina.
Ukraina sendiri tak mau hanya berdiam diri dan tetap akan terus melawan prajurit Putin yang menyerang wilayahnya.
Ukraina dengan percaya diri mengaku mendapatkan bantuan persenjataan dari negara yang dirahasiakan.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Ukraina mengungkap ada negara-negara yang secara sembunyi-sembunyi memberikan bantuan militer untuk mempertahankan diri dari serangan Rusia.
Negara-negara itu disebut menyatakan tidak turut membantu Kiev dalam hal peperangan, tapi pada kenyataannya menyokong alat-alat perang melalui negara pihak ketiga.
Hal tersebut diakui Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba saat diwawancara oleh surat kabar dari Prancis, Le Parisien akhir pekan lalu.
“Sebagian besar negara ketiga ini secara terbuka mengatakan bahwa mereka tidak memasok apa pun, tetapi semuanya terjadi di belakang layar,” katanya tanpa menjelaskan secara spesifik tentang negara mana yang konon secara diam-diam mendukung Kiev selama konfliknya dengan Moskow.
Komentar Kuleba muncul di tengah meningkatnya laporan bahwa para pendukung Ukraina, termasuk sejumlah negara NATO, mengalami kekurangan persenjataan karena dukungan terus-menerus mereka untuk Kiev.
Menurut artikel baru-baru ini oleh New York Times, misalnya, hanya sekutu NATO yang “lebih besar”, seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda, yang masih memiliki kemampuan untuk mempertahankan atau bahkan berpotensi meningkatkan pengiriman senjata ke Ukraina.
“Negara-negara yang lebih kecil telah kehabisan potensi mereka,” kata seorang pejabat NATO kepada surat kabar itu, menambahkan bahwa setidaknya 20 dari 30 anggota blok itu “telah disadap habis-habisan”.
Sejak awal konflik di Ukraina pada akhir Februari, AS dan sekutu Baratnya telah menghujani Kiev dengan bantuan militer miliaran dolar.
Moskow telah berulang kali memperingatkan Barat agar tidak "memompa" Ukraina dengan persenjataan, menyatakan bahwa itu hanya akan memperpanjang konflik daripada mengubah hasilnya, dan juga akan meningkatkan risiko tabrakan langsung antara Rusia dan blok militer pimpinan AS.
Sebagian besar anggota NATO, para pendukung dan pemasok senjata serta amunisi ke Ukraina sedang kelabakan.
Laporan The New York Times menyebutkan, perang Rusia-Ukraina menguras stok amunisi di gudang mereka. Kecepatan penggunaan peluru di Ukraina tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Hanya negara-negara besar, termasuk AS, yang memiliki potensi terus mempersenjatai Kiev. Laporan media itu dikutip Russia Today, Minggu (27/11/2022).
Laporan itu sejalan dengan perkembangan di lapangan ketika persenjataan artileri dalam jumlah besar tidak bisa digunakan lagi di Ukraina.
Meriam-meriam itu rusak karena frekuensi penggunaan yang sangat tinggi, dan tidak bisa diperbaiki di Ukraina.
Sebagian howitzer kiriman Jerman misalnya, ditarik dari medan tempur dan dimasukkan ke bengkel perbaikan di Polandia.
(*)