Gridhot.ID - Kasus pembunuhan Brigadir J yang melibatkan Ferdy Sambo dan Bharada E kini makin panas bergulis di persidangan.
Bharada E dan Ferdy Sambo diketahui saling melempar kesaksian dari versinya masing-masing di hadapan hakim.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi bahkan masih terus ngotot dengan skenario pemerkosaan yang diduga dilakukan Brigadir J.
Sementara itu Bharada E lebih spontan dalam membongkar skenario yang sudah dibuat Ferdy Sambo dengan susah payah.
Perubahan ini menjadi sorotan pakar.
Dikutip Gridhot dari Tribun WOW, perubahan signifikan terlihat dari gestur terdakwa Ferdy Sambo maupun Richard Eliezer sepanjang proses persidangan.
Dilansir TribunWow.com, pakar mikro ekspresi Monica Kumalasari menilai ada kesimpulan tersendiri yang dapat diambil perbedaan tersebut.
Di antaranya adalah standar kejujuran dari kedua eksekutor mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J tersebut.
Sebagaimana diketahui, Bharada E tampak suram dan lebih kalem pada awal kemunculannya di depan publik.
Namun dewasa ini, saat memberi kesaksian di persidangan Bharada E memperlihatkan sorot mata tajam disertai penuturan tegas dan spontan.
"Eliezer terlihat sekarang semakin spontan. Karena menutupi sesuatu itu berat, jadi ketika semakin spontan, maka masyarakat bisa menilai kelihatannya lebih sehat, lebih cerah dan sebagainya, kemudian berani," kata Monica dikutip kanal YouTube tvOneNews, Jumat (16/12/2022).
"Di awal cukup tertutup dan berhati-hati."
Hal ini berbanding terbalik dengan sikap Ferdy Sambo yang tampak tegas dan lantang di awal kemunculannya.
Selain postur yang semakin membungkuk, mantan jenderal bintang dua Kadiv Propam Polri tersebut justru tampak lebih tenang.
Namun rupanya, hal ini justru mengindikasikan ada sesuatu yang berusaha ditutupi suami Putri Candrawathi tersebut.
"Tapi kalau dari Sambo, sekarang itu justru malah lebih tenang nampaknya, dalam konteks secara keseluruhan akhir-akhir ini," beber Monica.
"Ketika gestur lebih tenang sekarang, suara yang sekarang itu justru malah pakai tone softer and lower, ini yang harus diperhatikan."
"Softer and lower, it's may reflects a lie (suara melembut dan merendah, berpotensi mencerminkan kebohongan-red)."
"Misalnya gini, gaya saya ketika berbicara, baseline saya berapi-api, tapi tiba-tiba saya ngomongnya softer and lower, ada perubahan dong," tandasnya.
(*)