Gara-gara Ponsel Ilegal, 89 Pasukan Rusia Meregang Nyawa Usai Diserang Roket Ukraina, Ini Balasan Tentara Vladimir Putin ke Rivalnya

Kamis, 05 Januari 2023 | 12:00
Serambinews

Serangan roket tentara Ukraina ke pasukan Rusia.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID -Sebanyak 89 tentara Rusia tewas akibat serangan roket Ukraina di Makiivka, sebuah daerah di wilayah Donetsk yang dikuasai Moskwa, saat malam tahun baru.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 4 Januari 2022, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengatakan, faktor utama dari serangan roket Ukraina itu disebabkan ada tentara Rusia yang menggunakan ponsel secara ilegal.

Kemenhan Rusia menambahkan, ada aturan di mana tentaranya dilarang menggunakan ponsel di medan perang, sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (4/1/2023).

“Sudah jelas bahwa alasan utama dari apa yang terjadi adalah pengaktifan dan penggunaan, bertentangan dengan larangan, ponsel dari personel di zona jangkauan senjata musuh,” kata Kemenhan Rusia dalam sebuah pernyataan.

“Faktor ini memungkinkan musuh dapat melacak dan menentukan koordinat lokasi tentara untuk serangan misil,” sambung Kemenhan Rusia. Reuters melaporkan, serangan roket tersebut terjadi tepat setelah malam pergantian tahun di sebuah bangunan sekolah yang diubah menjadi markas militer.

Sebelumnya, Rusia mengumumkan bahwa 63 tentaranya tewas dalam serangan tersebut.

Kemenhan Rusia menuturkan, sebanyak empat roket dari HIMARS buatan AS menghantam gedung tersebut.

Akibat gempuran dan ledakan roket, langit-langit gedung runtuh. Kemenhan Rusia menambahkan, sebuah komisi dikirim untuk menyelidiki perkara serangan roket Ukraina di bangunan yang dipenuhi tentara Rusia tersebut.

Kemenhan Rusia menuturkan, sebagai balasannya, pihaknya meluncurkan serangan udara yang menyasar titik peralatan militer di dekat stasiun kereta api Druzhkivka di Donetsk.

Baca Juga: Bikin Gempar, Tegar Septian Sebut Anak Sarah Sheilka Bukan Darah Dagingnya: Baru Tahu Ternyata Aku Dibohongi

Rusia mengeklaim, serangan itu menewaskan hingga 200 personel Ukraina, menghancurkan empat peluncur HIMARS, dan menghancurkan lebih dari 800 roket.

Di sisi lain, Wakil Kepala Kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Kyrylo Tymoshenko, membantah banyak korban jiwa dari pihak Ukraina. Pada Selasa (3/1/2023), Tymoshenko berujar ada dua orang yang terluka akibat serangan di Druzhkivka.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Serambinnews, 4 Januari 2022, diberitakan sebelumnya, Nasionalis Rusia dan politisi menyerukan hukuman komandan militer yang bertanggung jawab atas puluhan tentara tewas dalam serangan Ukraina pada Malam Tahun Baru.

Para komandan Rusia juga dituduh mengabaikan bahaya dalam serangan paling mematikan terhadap pasukan Vladimir Putin dalam 10 perang berbulan-bulan.

Rusia, menuntut pertanggungjawaban pidana bagi para pejabat yang mengizinkan konsentrasi personel militer di gedung yang tidak terlindungi.

Rusia menuntut komandan dihukum atas kerugian dalam serangan Malam Tahun Baru 2023 itu.

Baca Juga: Lowongan Kerja BUMN Bank BRI untuk Lulusan S1 dan S2, Berikut Syarat dan Cara Daftarnya

Andrey Medvedev, Wakil Ketua Duma Kota Moskow dan seorang jurnalis pro-Kremlin, mengatakan pihak berwenang harus menghargai kehidupan Rusia.

"Entah seseorang dengan nilai tertinggi dan kemudian menghukum karena kehilangan personel secara bodoh, seperti pengkhianatan terhadap tanah air atau negara sudah berakhir," kata Medvedev.

Para blogger Rusia yang melacak perang di Ukraina sangat menyadari kegagalan strategi militer Moskow setelah ledakan di Makiivka yang menewaskan sedikitnya 63 tentara Rusia dalam satu serangan.

“Ratusan telah tewas atau terluka dalam ledakan itu," kata Igor Girkin, mantan komandan tentara pro- Rusia di Ukraina timur.

"Amunisi telah disimpan di lokasi dan peralatan militer di sana tidak disamarkan,” tambahnya.

Sekarang menjadi blogger militer nasionalis Rusia paling top.

Blogger militer Rusia lainnya Malaikat Agung Spetznaz Zi dengan lebih dari 700.000 pengikut di Telegram menyebut serangan terhadap barak di Makiivka “mengerikan”.

"Siapa yang datang dengan ide untuk menempatkan personel dalam jumlah besar di satu gedung, di mana bahkan orang bodoh pun mengerti akan ada banyak yang terluka atau tewas?" dia menulis.

"Komandan tidak peduli tentang amunisi yang disimpan berantakan di medan perang," katanya.

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kompas.com, Serambinews.com