Gridhot.ID - Tiko dan Eny kini telah dievakuasi dan diselamatkan sepenuhnya oleh warga dan tim yang bertugas.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, sebelumnya Tiko dan Eny yang tinggal di rumah mewah terbengkalai tanpa air dan listrik sempat selalu menolak bantuan yang ditawarkan oleh warga.
"Dia selalu bilang masih punya tabungan. Jadi bantuan-bantuan yang dari tetangga itu seolah enggak perlu," jelas Slamet.
Bahkan, Slamet dan Ketua RT 06/RW 02 Kelurahan Jatinegara, Noves Haristedja, sempat ditolak ketika ingin melakukan pendataan agar Eny dan Tiko mendapat bantuan.
"Bilang enggak perlu bantuan dan tamu. Maksud saya mau pendataan karena di sini perlu bantuan, tapi lagi-lagi ditolak," kata Slamet.
Tiko pun sempat menolak keras ketika tim yang bertugas berniat membawa Eny, ibunya untuk bisa dirawat di Rumah Sakit Jiwa atas depresi yang dialaminya.
Namun setelah pendekatan yang cukup baik, akhirnya Tiko memperbolehkan warga dan petugas untuk membawa Eny ke RSJ.
Rumah mewah tersebut juga mulai dibersihkan oleh petugas.
Warga kini mulai mengungkap kebiasaan Tiko dan Eny selama hidup dengan kondisi memilukan tersebut.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Kader RW 002 Kelurahan Jatinegara, Ani menceritakan keseharian Eny Sukaesi (58), penghuni rumah mewah yang terbengkalai di Cakung, Jakarta Timur.
Ani mengatakan Eny biasa memakai baju kantoran saat keluar rumah. "Dia selalu bawa tas. Bajunya selalu rapi kayak orang kantoran, dan pakai sepatu tinggi," kata Ani.
Eny nyaris selalu keluar dari rumah menggunakan baju kantoran, bahkan untuk sekadar membeli obat nyamuk maupun meminta air bersih ke rumah tetangga.
Untuk mendapatkan uang, lanjut Ani, Eny dan Tiko masih menjual daun salam dan buah melinjo ke warung-warung setempat.
Minta dipanggil dengan gelar
Lurah Jatinegara Slamet Sihabudin menambahkan, warga setempat juga tidak boleh memanggil Eny hanya dengan namanya.
Ia mengungkapkan, Eny harus dipanggil lengkap dengan gelar pendidikannya yakni doktoranda (Dra)
"Harus (dipanggil) Ibu Dra. Eny. Harus disebut gelarnya kalau manggil. Kalo enggak disebut, kurang berkenan. Tadinya kan dia orang berada," ujar Slamet.
Berdasarkan penuturan Slamet, Eny mulai mengalami depresi sejak ditinggal oleh Suaminya yang merupakan ayah kandung dari Tiko, Susanto.
Susanto diketahui meninggalkan keluarganya untuk pulang ke kampung halaman di Jawa Timur pada 2010. Slamet tak menjelaskan secara terperinci apa alasan Susanto meninggalkan keluarganya.
Sepeninggal sang suami, Eny mulai mengalami gangguan kejiawaan. Sehari-hari, ia hanya dirawat oleh Tiko yang sampai mengorbankan diri untuk tidak mengenyam pendidikan.
Lama kelamaan, keduanya tidak mampu membiayai hidup di rumah itu. Rumah itu pun dibiarkan begitu saja tanpa dialiri listrik dan air.
"Airnya itu ada nadah dari air hujan. Tapi juga ada air dari tetangga sih untuk sehari-hari," ujar Slamet.
Rumah juga dibiarkan tak terawat sehingga terkesan seperti rumah angker bila dipandang dari luar.
(*)