Gridhot.ID - Sidang pembacaan pledoi dari para tersangka kasus pembunuhan Brigadir J sudah berlangsung.
Dikutip Gridhot dari Kompas TV, seluruh tersangka termasuk Putri Candrawathi dan Bharada E atau Richard Eliezer sudah membacakan nota pembelaan di pengadilan.
Richard Eliezer nampak bergetar ketika dirinya mengucapkan maaf terhadap keluarga dan tunangannya.
Setelah itu, publik menyoroti terkait ekspresi Putri Candrawathi saat membacakan pledoi.
Pakar ekspresi pun membeberkan analisannya terkait apa yang ditunjukkan Putri Candrawathi atau istri Ferdy Sambo tersebut.
Dikutip Gridhot dari Surya, pakar Mikro Ekspresi Monica Kumalasari melihat ada ekspresi janggal yang ditunjukkan Putri Candrawathi saat membacakan nota pembelaan (pleidoi) di sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Rabu (25/1/2023).
Seperti diketahui, saat membacakan pledoi atas tuntutan jaksa di perkara pembunuhan Brigadir J, Putri Candrawathi tampak banjir tangisan.
Menurut Monica, menangis adalah upaya untuk mendapatkan empati.
Namun, tangisan Putri Candrawathi ini berbeda dengan terdakwa-lainnya, seperti Bripka Ricky Rizal saat membacakan pleidoi-nya di sidang sebelumnya.
Menurut Monica, ekspresi yang ditampilkan Ricky Rizal cenderung genuine atau asli saat bercderita tentang orangtuanya. Di situ ada tisu dan air mata.
Namun, kemarin di sidang Putri justru tidak ada tisu.
"Kalau kita genuine menilai ekspresi atau emosi: paling kita lihat, pejamkan mata dan rasakan. Kita ikut tergerak gak dengan statemen yang disampaikan," ujar Monica dikutip dari tayangan Primetime News Metro TV, Kamis (25/1/2023).
Monica melihat yang dilakukan Putri Candrawathi adalah bereskpresi dulu untuk mendapatkan emosi sedih.
"Jadi, terisak dulu, dari mata tidak keluar air mata. TIdak perlu tisu lagi untuk menghapus," kata Monica.
Menurut Monica, jika memang ke luar air, meskipun pakai masker, setidaknya kalau air tidak ke luar dari mata, akan keluar dari hidung.
"Ternyata saya amati, luar biasa ini. Artinya dari durasi yang sedemikian panjang suara terlebih dahulu untuk menimbulkan ekspresi," ujarnya.
Monica justru melihat ada ekspresi takut yang ditunjukkan Putri.
Seperti ketika Putri mengatakan : Yang mulai majelis hakim. Dalam kesempatan ini saya menyatakan siap mempertanggungjawabkan kesaksian saya, kepada sang pemilik hidup Tuhan Yang Maha Esa, bahwa saya benar-benar mengalami kekerasan seksual dan penganiayaan yang dilakukan oleh Yosua.
Saat itu, Monica mendapati ekspresi fear atau takut dari wajah Putri Candrawathi.
Hal ini dianggap aneh Monica, karena jika seseorang itu berkata jujur maka ekspresi yang tampak adalah spontan dan rileks.
Dari sini, Monica membuat hipotesis: apakah statemen tersebut tidak jujur atau takut di suasana persidangan atau hal-hal lain yang membuat takut.
Dijelaskan Monica, meskipun saat pembelaan itu dilakukan Putri dengan membaca, namun tetap bisa dilihat emosi yang terlibat di situ.
Emosi Bisa dilihat dari lima hal yakni facial ekspression. body language, voice, statement analysis kemudian verbal style.
Terkait lima hal ini, menurut Monica, ada perbedaan ekspresi yang dilakukan Putri dari sidang-sidang sebelumnya.
Di persidangan sebelumnya, Putri masih memanggil Yosua dengan dek Yosua, namun kemarin sudah tidak dilakukan lagi.
"Karena dulu waktu dia memangil Dek Yosua kita mempertanyakan seseorang yang memiliki emotional yang intens sebagai korban, biasanya memanggil sudah nama atau panggilan yang lebih sarkas," katanya.
Monica menduga perbedaan panggilan itu dimungkinkan setelah Putri mendengar analisis dari sejumlah pakar.
(*)