Istri Pilot Susi Air Ternyata Warga Indonesia, Muncul 2 Solusi yang Ditawarkan Jika Benar Kapten Philips Disandera KKB Papua, Apa?

Minggu, 12 Februari 2023 | 18:00
Kolase TribunKaltara.com dan Facebook TPNPB

Iluastrasi - KKB Papua diduga menyandera pilot Susi Air, Philips Marthen

Gridhot.ID - Lima hari berlalu, nasib pilot Susi Air yakni Kapten Philips Marthen (37) belum diketahui keberadaannya.

TNI-Polri kini tengah menyiapkan operasi penyelamatan Philips Marthen, pilot Susi Air yang pesawatnya dibakar oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

Adapun pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK-BVY hilang kontak sesaat setelah mendarat di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2022) pukul 06.17 WIT.

Dua jam berselang, Susi Air mendapati pemancar sinyal darurat pesawat dalam posisi aktif pukul 09.12 WIB, kemudian direspons oleh perusahaan dengan kondisi darurat lewat pengiriman pesawat lain guna mengecek posisi pesawat.

Namun, pesawat itu ditemukan dalam kondisi terbakar di landasan Lapangan Terbang Distrik Paro.

Pilotnya yang berkewarganegaraan Selandia Baru itu, diduga disandera dan dilarikan menuju markas KKB Papua.

Sejauh ini aparat keamanan di Papua terus melakukan pencarian terhadap Philips Marthen.

Kuasa hukum Susi Air yakni Donal Fariz mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah berkomunikasi dengan keluarga Philips Marthen di Selandia Baru melalui konsulat kedutaan besar.

"Istri pilot Susi Air ini juga seorang WNI dan tinggal di Bali. Jadi komunikasi dengan keluarga berjalan," ujar Donal Fariz pada Jumat (10/2/2023), dikutip dari Kompas TV.

Dia mengatakan, minimnya informasi yang diperoleh terkait dugaan penyanderaan itu memunculkan keraguan.

Salah satunya, apakah Philips Marthen masih menjadi sandera atau tidak.

Baca Juga: Dramatis! Ini Video TNI-Polri Evakuasi 25 Warga Paro ke Kenyam dengan Helikopter, Pasukan Kini Buru KKB Papua Pembakar Susi Air

Ini karena pihaknya melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang juga mengklaim menyandera Philips Marthen.

"Karena kami melihat ada kelompok-kelompok tertentu yang juga mengklaim menyanderan Phillip, saat kami minta bukti foto tidak dikirim, ini menjadi tidak mudah mencari puzzle informasi yang berserakan," ucapnya.

Dikatakan Donal, Philips Marthen sudah bekerja di Susi Air selama 13 tahun dan enam tahun bekerja di daerah Papua.

"Tidak sembarangan orang bisa menjadi kapten di Papua, orang-orang yang bisa terbang di daerah pegunungan memiliki standar tinggi dan sekolah khusus di Florida," tutur Donal.

Sementara itu, aparat keamanan belum bisa memastikan apakah Philips Marthen melarikan diri atau menjadi sandera KKB Papua.

"Kita belum tahu. Apakah pilot diamankan KKB atau melarikan diri pasca pembakaran pesawat," kata Wakapolda Papua Brigjen Ramdani Hidayat kepada Tribun-Papua.com saat jumpa pers di Polres Mimika, Sabtu (11/2/2023).

YouTube Tribun Sumsel
YouTube Tribun Sumsel

Philips Marthen, pilot Susi Air diduga disandera KKB Papua yang dipimpin oleh Egianus Kogoya

Ia menegaskan, pencarian pilot akan terus dilakukan sesuai kesepakatan tim karena hingga saat ini keberadaan pilot belum diketahui.

Tim gabungan juga telah melaksanakan patroli dengan helikopter, namun belum membuahkan hasil karena kondisi hutan di daerah tersebut yang sangat lebat.

"Kami sempat menyusuri di jalan lintasan warga yang sudah jadi. Kita berharap pilot itu ada di situ, ternyata tidak ada, apalagi cuaca berubah begitu cepat," tuturnya.

Tim pencari yang menggunakan helikopter, lanjut dia, tidak bisa dipaksakan, karena cuaca di kawasan itu cepat mengalami perubahan.

Baca Juga: Sosok Philips Marthen, Pilot Susi Air yang Diduga Disandera KKB Papua Ternyata Bukan Warga Indonesia, Kapolri: Serahkan Kepada Kita

"Kita akan cari terus dan mudah-mudahan pilot melarikan diri dan mendengar helikopter bunyi lalu dia keluar. Lainnya kalau dia diamankan KKB berarti harus disembunyikan," jelasnya.

Dua Opsi Solusi

Meski belum diketahui secara pasti, muncul 2 opsi solusi yang ditawarkan jika benar pilot Susi Air disandera KKB Papua.

1. Butuh Mediator Internasional

Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy menilai kehadiran mediator internasional sangat diperlukan dalam situasi penyanderaan di Papua.

"Kalau orang itu dari Palang Merah Internasional atau organisasi yang berada di bawah UN (PBB), saya pikir itu minimal menjawab keinginan mereka," kata Yan Warinussy.

"Tapi, dengan tujuan penting bahwa dia berusaha untuk menyelesaikan konflik. Khusus pada soal pembebasan pilot yang tidak berdosa ini," imbuhnya.

Yan Warinussy juga menyatakan mediator yang dipilih memang memiliki tantangan di dua sisi.

Satu, mediator harus bisa meyakinkan pihak TNI-Polri bahwa dia dapat dipercaya.

Kedua, mediator juga pihak yang dipercaya oleh TPNPB itu sendiri.

"Supaya dia bisa dengan mudah berperan di dalam membangun komunikasi antara kedua pihak itu," tambahnya.

Baca Juga: Lokasi Pilot Susi Air Sudah Terdeteksi, KSAD Kirim Pasukan ke Nduga untuk Jalankan 2 Misi Ini, Panglima TNI: Prioritas!

Langkah ini, bahkan bisa berdampak jangka panjang. Kasus penyanderaan pilot dan upaya pembebasannya bisa menjadi pintu masuk untuk memulai langkah membangun perdamaian Papua ke depan.

"Meskipun ini langkah yang sangat-sangat tidak mudah," kata Yan Warinussy lagi.

2. Libatkan Tokoh Agama dan Masyarakat

Tokoh masyarakat dan agama dilibatkan tim gabungan TNI-Polri dalam proses pencarian Philips Marthen.

Melansir Kompas.com, Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, pelibatan para tokoh bertujuan untuk membuka ruang komunikasi demi ditemukannya sang pilot.

Benny meyakini dengan melibatkan para tokoh Papua bisa membantu pencarian.

"Kami mengedepankan pendekatan pada tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat dan agama melalui pemerintah daerah," kata Benny, Jumat (10/2/2023).

"(Tujuannya) untuk membantu aparat kepolisian dan TNI untuk membuka ruang komunikasi dengan pihak siapapun di distrik Paro," ujar Benny.

Meski demikian, kata Benny, komunikasi dengan para tokoh itu belum terjalin dengan baik.

Sebab, sebagian masyarakat menyelamatkan diri keluar dari Distrik Paro setelah 15 warga sipil diancam oleh KKB Papua.

"Hingga saat ini belum ada komunikasi yang terbangun, karena pasca 15 pekerja puksesmas yang sudah dievakuasi, bersamaan dengan itu juga masyarakat keluar dari kampungnya untuk menyelematkan diri ke Kabupaten Nduga."

"Saat ini yang sedang diupayakan mencari tahu kondisi terahhir kapten Philips tersebut, namun ada keterbaatasan telekomunikasi di sana," kata Benny.

Baca Juga: Hoaks Foto Bule Pegang Bendera Bintang Kejora Dinarasikan KKB Papua Pilot Susi Air yang Hilang, TNI: Itu Provokasi!

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari

Sumber Kompas.com, Kompas TV, Tribun-Papua.com