GridHot.ID - Helikopter yang ditumpangi rombongan Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartanto menuju Polres Kerinci mendarat darurat dalam kondisi rusak berat pada Minggu (19/2/2023).
Helikopter Polri jenis Super Bell 3001 itu mendarat darurat di hutan yang berlokasi di Bukit Tamiai, Muara Emat, Kerinci.
Tim SAR berhasil menemukan delapan orang korban helikopter yang mendarat darurat pada Senin (20/2/2023) pagi.
Delapan korban tersebutantara lain Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono, Direktur Reskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudistira, Direktur Polairud Polda Jambi Kombes Michael Mumbunan, Koorspri Polda Jambi Kompol Ayani, dan ADC Kapolda Jambi, serta 3 orang kru
Meski begitu, hingga Selasa (21/2/2023) siang, evakuasi terhadap korban-korban tersebut belum berhasil dilakukan.
Melansir Kompas.com, Kades Pasar Tamiai, Muklas, mengatakan bahwa evakuasi jalur udara gagal lantaran cuaca buruk.
Keadaan itu membuat evakuasi udara dihentikan sementara.
"Ratusan personel akan mengevakuasi jalur darat," kata Kades Pasar Tamiai, Muklas melalui sambungan telepon Selasa (21/2/2023).
Ia mengatakan laporan langsung dari tim evakuasi jalur darat di posko Tamiai, ratusan personel telah dikerahkan untuk mengevakuasi jalur darat.
Sekarang mereka telah bergerak masuk hutan.
Ratusan personel itu terdiri dari TNI-Polri, Basarnas, masyarakat dan lainnya.
Sistem evakuasi akan dilakukan secara estafet. Tim evakuasi darat yang sebelumnya telah membangun helipad dengan radius 3 kilometer dari lokasi korban berada.
"Jaraknya ke titik helipad itu cuma 3 kilometer. Jadi sangat memungkinkan evakuasi jalur darat," katanya.
Setelah itu, baru para korban dibawa ke Jambi menggunakan helikopter evakuasi.
Tokoh Adat: Ada Larang Pantang yang Dilanggar
Masih melansir Kompas.com, lokasi mendarat darurat helikopter rombongan Kapolda Jambi di Bukit Tamiai, Kerinci rupanya merupakan wilayah yang jarang ditempuh warga biasa.
Depati Muara Langkap, Mukhri Soni mengungkapkan helikopter tersebut terbang cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ternyata sudah terlalu jauh ke kiri.
"Kita tidak mau merintangi evakuasi dan semoga proses evakuasi hari ini berjalan lancar, tapi ada yang terlewatkan dari evakuasi ini," kata Mukhri Soni dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/2/2023).
Mukhri Soni mengatakan, yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang dalam hutan.
Kondisi darurat disadarinya memang kadang membuat tindakan harus cepat, termasuk menggunakan teknologi GPS, yang memotong jalur sehingga jarak dan waktu perjalanan bisa lebih singkat.
"Ada larang pantang yang dilanggar. Renah Si Hijau dan Gunung Betuah itu terlarang dimasuki sembarang orang," kata Datuk Soni, sapaan Mukhri Soni.
Seharusnya jalur helikopter itu cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ini sudah terlalu jauh ke kiri.
"Jarang heli atau pesawat yang selamat melintas di atas Gunung Batuah dan Renah Si Hijau," kata dia lagi.
Untuk itu, tim evakuasi seharusnya memuliakan kearifan leluhur dengan menghormati alam dan tanah sekitar yang berhutan dan berbukit.
"Secara adat seharusnya minta tolong ke kami Depati Muaro Langkap, melalui sirih sekapur," kata dia.
Sirih sekapur atau pinang ini bermakna minta izin, minta dimudahkan.
Setelah bertemu dengan penguasa wilayah adat, maka depati sebagai perantara yang meminta hajat, berkomunikasi dengan seluruh lapis mahluk hidup yang berada bukit, lokasi helikopter mendarat darurat.
"Tidak banyak, ini sebagai tanda kita menghormati alam raya seperti membawa sirih selembar, pinang. Ya selayaknya seperti sirih orang mengundang," katanya.
"Kita kasihan pada petinggi yang tersandera cuaca buruk," katanya lagi.
Budayawan Jambi, Nukman menuturkan, masyarakat setempat meyakini bahwa titik mendarat darurat helikopter sebagai wilayah yang jarang ditempuh orang biasa.
Ini adalah bagian dari warisan leluhur, kearifan yang turun temurun diwariskan untuk menjaga keseimbangan alam. Tentu pola kearifan dan pikiran baik itu yang harus diikuti oleh tim evakuasi. Misalnya mengikuti arah ajun pemilik wilayah, dalam hal ini Depati Muaro Langkap.
"Pola-pola ini tentu kita terjemahkan dengan baik, dan ini berbeda dengan pendekatan ilmu modern tentunya," katanya.
Tim tentu sudah memedomani pergerakan angin dari gunung ke lembah dan sebaliknya.
Tinggal sejauh mana menggabungkan dua pendekatan ini menjadi satu, pendekatan teknologi modren dan ilmu pengetahuan nenek moyang.
"Kita berdoa semoga semua diberi kekuatan dan kemudan," tutupnya.
Sebagai informasi, helikopter yang membawa rombongan Irjen Rusdi mendarat darurat dalam hutan Kabupaten Kerinci, Jambi, pada Minggu (19/2/2023).
Peristiwa itu terjadi saat rombongan Rusdi hendak meresmikan gedung baru SPKT Polres Kerinci.
Hingga kini, upaya evakuasi Rusdi dan rombongannya masih terus diupayakan. (*)