Awalnya Dijanjikan Rumah di Uni Emirat Arab, Ibu dan Seorang Anak Asal Cianjur Ini Viral Terjebak di Daerah Konflik Suriah Usai Ditipu Agensi , Ini Kronologi Lengkapnya

Minggu, 19 Maret 2023 | 18:35
Tribunnewsmaker

Ibu dan anak asal Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indoensia (PMI) di Kota Aleppo, Suriah meminta Presiden Jokowi untuk membantu kepulanganya ke Indonesia, Jumat (17/3/2023).

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID -Viral ibu dan anak asal Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, yang bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kota Aleppo, Suriah meminta bantuan pada Presiden Jokowi.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnewsmaker, 19 Maret 2023, dua perempuan tersebut meminta Presiden Jokowi untuk membantu kepulanganya ke Indonesia.

Dalam video yang viral, seorang wanita yang mengaku sebagai Anisa Hanifasari curhat dirinya dijanjikan agensi akan diberi satu rumah di Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Jumat (17/3/2023).

"Namun saya malah di kirim ke Kota Aleppo, Suriah.

Saya sekarang terjebak disini, dan tidak mendapatkan gaji.

Saya mohon kepada Bapak Jokowi untuk membantu kepulangan kami ke Indonesia," katanya dalam video yang berdurasi sekitar 1 menit 13 detik.

Ketua Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia Raya (Astakira) Kabupaten Cianjur Ali Hildan mengungkapkan, pihaknya sudah menerima laporan adanya dua warga Cianjur yang terjebak di negara konflik.

"Kita masih melakukan penelurusan ibu dan anak yang terjebak di negara Suriah tersebut.

"Untuk sementara ini yang kita peroleh mereka merupakan warga Kecamatan Ciranjang," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Baca Juga: Bank Soal PPPK 2022, Ini Contoh Soal P3K Teknis untuk Jabatan Auditor Manajemen Aparatur Sipil Negara, Dilengkapi Kunci Jawaban

Berdasarkan informasi yang diperoleh, lanjut dia, kedua orang tersebut sebelum diberangkatkan oleh pihak agensi dijanjikan satu unit rumah, ditempatkan kerja di Dubai, dan gaji yang menggiurkan.

"Namun setelah mereka diberangkatkan, bukannya di kirimkan ke Dubai, ibu dan anak itu malah dipekerjakan di Suriah, bahkan tidak digaji.

Selain itu mereka juga baru mengetahui bahwa mereka baru diberangkatkan secara ilegal oleh pihak agensi," katanya.

Ali menjelaskan, saat ini pihaknya sedang melalukan kordinasi dengan Pemerintah Kabupaten(Pemkab) Cianjur, dinas dan intasi terkait untuk membantu kepulangan dua warga Cianjur tersebut.

"Pemerintah harus bertanggung jawab untuk mempulangkan warga Cianjur yang terjebak di negara konflik tersebut.

Karena pemerintah hingga ini masih belum bisa menertibkan agensi yang sering memberangkatkan PMI secara ilegal," katanya.

Untuk diketahui, Suriah kini sedang dilanda konflik perang saudara.

Konflik yang berlangsung di Suriah ini antara golongan pemberontak pro-demokrasi dan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Aksi yang dimulai sebagai protes tanpa kekerasan pada 2011, berkembang menjadi perang besar-besaran yang berlangsung lebih dari satu dekade.

Baca Juga: Bukan Cuma Cekcok dengan Pasangan Sesama Jenis, Ada Motif Ekonomi di Balik Kasus Penemuan Mayat dalam Koper Merah

Sejak pertempuran dimulai, lebih dari 500.000 orang telah tewas, lebih dari 1 juta orang terluka, dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi.

Meski disebut perang saudara, konflik yang telah menghancurkan beberapa kota di Suriah ini juga melibatkan beberapa negara dan organisasi teroris.

Dipicu Arab Spring

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 22 Juni 2022, meski perang saudara di Suriah disebabkan oleh banyak faktor yang kompleks, salah satu pemicunya adalah fenomena Arab Spring yang pertama muncul pada 2010.

Arab Spring adalah gelombang gerakan revolusioner yang disebabkan oleh adanya rezim otoriter yang berkuasa di kawasan Timur Tengah.

Pada 2011, fenomena Arab Spring telah menyebar hingga ke Suriah, yang memicu lahirnya gerakan revolusioner Suriah yang berusaha melawan sistem pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Bashar al-Assad.

Fenomena Arab Spring menginspirasi para aktivis pro-demokrasi di Suriah untuk lebih berani menyuarakan kritik terhadap pemerintah.

Pada Maret 2011, 15 anak sekolah di Suriah ditangkap dan disiksa setelah menulis grafiti yang terinspirasi oleh Arab Spring.

Penangkapan tersebut memicu kemarahan dan demonstrasi di seluruh negeri, yang menandai dimulainya perang saudara di Suriah.

Baca Juga: Ini Tips Minum Kopi Bagi Penderita Asam Lambung di Bulan Puasa Agar Tidak Kambuh

Rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah Aksi para aktivis pro-demokrasi di Suriah didorong oleh ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Bashar al-Assad, yang merupakan penerus rezim Assad. Masa pemerintahan Assad, yang dikenal otoriter, berlangsung di Suriah selama lebih dari 40 tahun, sejak 1971.

Sejak itu, banyak masyarakat tidak puas atas ketidakmampuan pemerintah, kurangnya kebebasan rakyat, dan kondisi kehidupan di Suriah.

Pada tahun 2000, Bassar al-Assad menjadi presiden Suriah, menggantikan ayahnya.

Kepemimpinan Bashar al-Assad diwarnai dengan kesenjangan sosial, dominasi Partai Ba'ath yang sudah lama berkuasa di Suriah, distribusi pangan yang berkurang, serta aksi represif pemerintah dalam menerima kritik dari masyarakat.

Alhasil, tingkat pengangguran di Suriah sangat tinggi, korupsi pemerintah terus merajalela, dan diperparah dengan kekeringan, yang membuat rakyat semakin frustrasi terhadap pemerintahan Assad.

(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Tribunnewsmaker.com, TribunJabar