'Kiamat' yang Bakal Terjadi Jika Amerika Serikat Gagal Bayar Utang Awal Juni 2023 Ini, Satu Bumi Diprediksi Kena Dampak

Selasa, 23 Mei 2023 | 19:13
Freepik

Ilustrasi

Gridhot.ID - Amerika Serikat terancam mengalami krisis ekonomi jika pihaknya tidak bisa membayarkan utang di awal Juni tahun 2023 ini.

Beberapa negara bahkan nampak sudah mencari cara untuk bisa terhindar dari dampak yang akan ditimbulkan.

Indonesia sendiri dilaporkan sedang gencar melakukan dedolarisasi.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Indonesia gencar melakukan dedolarisasi agar tidak lagi tergantung pada dolar AS.

Indonesia sudah bekerja sama dengan beberapa bank besar di Asia Tenggara sebagai upaya untuk melakukan hal ini.

Meski perjalanan masih panjang, diperkirakan beberapa dekade mendatang dolar AS sudah tidak lagi digunakan dalam perdagangan internasional.

Di tengah usaha Indonesia ini, Amerika Serikat justru sedang berusaha untuk bertahan di tengah ancaman resesi besar yang menanti.

Jika krisis utang yang melanda Washington akhirnya membuat Amerika Serikat (AS) terjerembab ke dalam resesi, ekonomi AS tidak akan tenggelam sendirian.

Dikutip Gridhot darii Kompas TV, dampak dari default atau gagal bayar utang pertama dalam sejarah terhadap utang federal akan dengan cepat terdengar di seluruh dunia, seperti yang dilaporkan oleh Associated Press, Senin (22/5/2023).

Pesanan bagi pabrik-pabrik China yang menjual elektronik ke AS bisa kering.

Investor Swiss yang memiliki Surat Utang AS akan mengalami kerugian. Perusahaan Sri Lanka tidak lagi dapat menggunakan dolar sebagai alternatif terhadap mata uang mereka yang tidak stabil.

Baca Juga: 3 Weton Bernasib Malang, Diprediksi Akan Menderita Gara-Gara Satu Hal

"Tidak ada bagian dari ekonomi global yang akan terhindar jika pemerintah AS pailit dan krisis ini tidak segera diselesaikan," kata Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics.

Zandi dan dua rekannya di Moody's menyimpulkan, bahkan jika batas utang dilampaui selama tidak lebih dari seminggu, ekonomi AS akan melemah begitu banyak dan begitu cepat sehingga sekitar 1,5 juta pekerjaan akan hilang.

Dan jika default pemerintah berlangsung lebih lama, hingga ke musim panas, konsekuensinya akan jauh lebih buruk, kata Zandi dan rekannya dalam analisis mereka.

Yakni, pertumbuhan ekonomi AS merosot, 7,8 juta pekerjaan AS akan lenyap, tingkat pinjaman akan melonjak, tingkat pengangguran akan melonjak dari 3,4% saat ini menjadi 8%, dan penurunan pasar saham akan menghapus $10 triliun kekayaan rumah tangga.

Tentu saja, tidak mungkin terjadi. Gedung Putih dan anggota Partai Republik, mencari terobosan, menyelesaikan putaran negosiasi batas utang pada hari Minggu, dengan rencana untuk melanjutkan pembicaraan pada hari Senin.

Partai Republik telah mengancam akan membiarkan pemerintah pailit pada utangnya dengan menolak untuk meningkatkan batas maksimum pinjaman, kecuali Presiden Joe Biden dan Demokrat menerima pemotongan pengeluaran yang tajam dan konsesi lainnya.

Jika AS mengalami pailit utang, dampaknya akan sangat serius bagi ekonomi global. Aktivitas perdagangan akan terhenti, investor akan mengalami kerugian, dan pasar keuangan akan mengalami guncangan yang hebat.

Selain itu, kepercayaan terhadap dolar AS sebagai mata uang cadangan dan standar internasional juga akan terpengaruh.

Namun, perlu dicatat bahwa dalam situasi sebenarnya, tindakan akan diambil untuk mencegah terjadinya pailit utang dan upaya akan dilakukan untuk mengatasi krisis dan menjaga stabilitas ekonomi global.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Kompas TV