Jabatan Terakhirnya Kapolsek Berpangkat AKP, Pria di Klaten Malah Pilih Jadi Petani Cabai Gara-gara Hal Ini, Segini Pendapatannya Sekali Panen

Senin, 05 Juni 2023 | 16:13
TribunSolo.com/Zharfan Muhana

Kehidupan Mujiana seusai purna dari Polri, kini pilih jadi petani Cabai di Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Klaten.

GridHot.ID - Seorang pensiunan perwira polisi di Klaten, Jawa Tengah memilih untuk menjalani hari tuanya sebagai petani cabai.

Dari pekerjaannya sebagai petani cabai, mantan Kapolsek Wedi itu mampu memperoleh pendapatan yang menggiurkan.

Apa alasannya memilih untuk banting setir menjadi petani cabai?

Melansir TribunStyle.com, meski dulunya seorang perwira polisi berpangkat AKP, pria asal Klaten ini tak malu banting stir jadi petani cabai.

Sehari-hari, Mujiana (60) yang merupakan purnawirawan Polri tekun ke sawah untuk merawat tanaman cabainya.

Meski sempat jatuh bangun akibat gagal panen akibat tanaman yang rusak, ia tetap mencoba menanam kembali cabai

Lantas, berapa pendapatan yang diperoleh Mujiana hingga membuatnya tergiur menjadi petani cabai?

Bagi Mujiana (60) menjadi purnawirawan Polri tidak melulu mengandalkan tunjangan pensiun selama masa tua, ia kini menjadi petani cabai di Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten.

Pangkat terakhir Mujiana sendiri adalah Ajun Komisaris Polisi (AKP) yang sudah purna pada Mei 2022 yang lalu, ia terakhir menjabat sebagai Kapolsek Wedi.

Ia kini serius menggeluti dunia pertanian cabai di lahan miliknya seluas 2.500 meter persegi.

"Selepas purna langsung terjun jadi petani cabai," ujar Mujiana saat ditemui TribunSolo.com.

Baca Juga: Polisi Sempat Kesulitan Evakuasi Buaya yang akan Diamuk dan Dibunuh Massa, Terbongkar Kronologi Sebenarnya yang Memilukan: Nyawa Harus Dibayar Nyawa

Ia sendiri sejak awal memang ingin menjadi petani cabai, dikarenakan tergiur dengan keuntungan yang didapat saat panen.

"Karena hasilnya lumayan, lalu coba ditekuni hingga sekarang," ucapnya.

Di awal ia menaman, sempat terjadi kegagalan dikarenakan tanaman cabai terendam air saat musim penghujan.

"Yang masa tanam pertama itu sempat tanaman sudah siap panen, tapi karena hujan berhari-hari dan lahan terendam air tanaman dari layu," jelasnya.

Meski sempat merasakan gagal panen akibat tanaman yang rusak, ia tetap mencoba menanam kembali cabai.

Di lahan 2.500 meter persegi atau biasa dibilang sepatok dia tanami dengan 5000 batang cabe, dengan modal awal sekitar Rp5 juta.

"Setelah tanam itu waktu merawat hingga siap panen sekitar 4 bulan, kita rawat tanaman cabai tersebut agar tidak terkena hama," ungkapnya.

Pupuk serta obat jamur rutin dilakukan agar supaya cabai tidak terkena hama dan tidak keriting tanamannya.

Untuk saat ini Mujiana sendiri sudah pernah merasakan harga jual cabai paling tinggi Rp 50 ribu per kilogramnya, itu ia jual di lahan.

"Paling tinggi pernah dibayari Rp50 ribu per kilo, kalau sekarang harganya sekitar Rp30 ribu," kata Mujiana.

Ia berharap agar pada musim panen nantinya bisa dimaksimalkan hasil panennya, hal tersebut agar mendapat keuntungan maksimal dari lahan cabai yang ia kelola.

Baca Juga: Siswa SD di Kupang Nekat Bawa Pistol Jenis Revolver ke Sekolah, Orangtua Kini Dilaporkan ke Polisi, Simak Kronologi Lengkapnya Sekarang

"Harapannya ada untung besar, kalo sekarang per petiknya baru 50 kilo. Bisa lebih nantinya kalau sudah siap panen," pungkasnya.

Sementara itu, dilansir dari Tribun-medan.com, di Kabupaten Asahan, Kompol Yayang Rizki Pratama, Perwira polisi yang menjabat sebagai kepala Bagian Operasi (Kabag OPS) Polres Asahan bertani cabai untuk mencegah terjadinya inflasi.

Didasari dengan hobi bertani, Yayang memulai pertanian cabainya di lahan kosong yang terletak di Jalan Jahe, Kelurahan Sentang, Kecamatan Kota Kisaran Timur, Kabupaten Asahan.

"Ini saya lakukan didasari dari hobi saya yang suka bertani. Kenapa saya memilih untuk bertani cabai? Karena, dari seluruh bahan pokok yang ada, cabai menjadi komoditi yang sangat cepat lonjakan harga. Sehingga, saya ingin mencoba mengajak masyarakat untuk menanam cabai agar mencegah terjadinya Inflasi," kata Yayang, Selasa(11/4/2023).

Mantan Kasat Reskrim Polres Binjai itu mengaku tergerak hatinya dalam memulai bertani cabai saat melihat banyak lahan kosong yang tidak terpakai di Kabupaten Asahan.

Sehingga, didasari hal tersebut, Yayang langsung mencari pemilik lahan dengan merubahnya menjadi lebih produktif dan menghasilkan uang.

Sembari mencetuskan program Polnabe(Polisi Nanam Cabe), Yayang mengajak masyarakat bertani cabai dan memproduktifkan lahan yang tidak terpakai.

"Ponabe ini bertujuan untuk melakukan program Presiden Joko Widodo dalam ketahanan pangan. Karena cabai ini masuk dalam ketahanan pangan dan kebutuhan masyarakat," kata Yayang.

Kini Yayang telah menggandeng sembilan orang masyarakat dalam menanam cabai, mulai dari pembibitan, hingga penanaman.

"Beberapa masyarakat sudah bekerjasama. Sekarang kami bekerja sama dengan 9 orang masyarakat," ujarnya.

Ia mengaku, menanam cabai adalah hal yang menyenangkan. Selain, mudah dan gampang, dengan menanam dan bertani menjadi hal positif dalam ngabuburit.(*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber Tribun-Medan.com, Tribunstyle.com