GridHot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Seorang anggota polisi tewas ditembak rekan kerjanya sendiri.
Ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage ngaku hanya diberitahu putranya sakit keras hingga mengharuskannya segera terbang ke Jakarta.
Melansir wartakotalive.com, Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage tewas diduga ditembak oleh dua Polisi.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, membenarkan adanya kejadian tersebut.
Ia mengatakan, peristiwa itu terjadi di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat pada 23 Juli 2023 pukul 01.40 WIB.
"Telah terjadi peristiwa Tindak Pidana karena kelalaian mengakibatkan matinya orang, yaitu Bripda IDF," kata dia.
Dua polisi, ujar Ramadhan, telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut.
Saat ini, kasus itu ditangani oleh Tim Gabungan Propam dan Reskrim untuk mengetahui pelanggaran disiplin, kode etik ataupun pidana yang dilakukan oleh pelaku.
"Yang pasti, Polri tidak akan memberikan toleransi kepada oknum yang melanggar ketentuan atau perundangan yang berlaku," ucapnya.
Dilansir dari tribunjakarta.com, ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage, Pandi mengaku diminta datang secepat mungkin ke Jakarta terkait kondisi anaknya.
Permintaan itu diterima Pandi lewat sambungan telepon seseorang yang mengaku dari Mabes Polri sekira pukul 11:30 WIB, Minggu (23/7/2023).
Tak sekali, panggilan telepon juga diterima Pandi dari Polres Melawai yang juga memintanya segera datang ke Jakarta.
Namun, Pandi tak diberitahu keadaan putranya yang sebenarnya tewas tertembak rekannya, Bripda IMS dan Bripka IG di Rumah Susun Polri, Cikeas, Gunung Putri, Bogor.
Pandi hanya diberitahu putranya sakit keras hingga mengharuskannya segera terbang dari tempat tinggalnya di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, ke Jakarta.
Diketahui, Bripda Ignatius tewas tertembak dua rekannya yang juga Anggota Densus 88 Anti teror dini hari.
Pihak Densus 88 sendiri angkat bicara dengan menyebut insiden berdarah itu karena kelalaian.
Senjata api yang dikeluarkan dari tas tengah malam itu tiba-tiba meletus hingga mengakibatkan nyawa melayang.
Pihak kepolisian rupanya baru menghubungi keluarga Bripda Ignatius siang harinya.
Kepada Panji, pihak kepolisian mengatakan anaknya sakit keras sehingga harus cepat ditemui.
"Mereka mengatakan bahwa 'Bapak ini betul orangtua Ignatius? Begini pak, anak bapak ini sakit keras, kalau bisa bapak sekarang ke Jakarta, kami tunggu'," ucap Pandi menceritakan telepon yang diterimanya, Kamis (27/7/2023).
Tak langsung percaya, Pandi sempat mengira telepon tersebut penipuan sampai akhirnya panggilan kedua kembali diterimanya.
"Tidak lama kemudian dari Polres Melawi nelepon kami juga, pas kebetulan yang nelpon itu kenal (jadi percaya) apalagi dia anggota,"
"Menanyakan juga hal yang sama 'Kami dapat pesan dan berita dari Mabes Polri supaya bapak turut ke Jakarta, anak bapak sakit keras dan anak di RS Polri Kramat Jati dan berada di ruang ICU'," sambung Pandi.
Dua telepon sudah diangkat Pandi, hingga telepon ketiga dari kepolisan yang memintanya segera berangkat ke Jakarta.
Telepon ketiga dikatakan Pandi dari Polda Kalimantan Barat.
"Dari tim wilayah Kalimantan Barat dari tim Densus 88 juga kebetulan perjalanan kami dari Pontianak ke Jakarta dan sebaliknya didampingi mereka," ucap Pandi.
Saking gentingnya kondisi Bripda Ignatius, polisi meminta saat itu juga Pandi mencari informasi penerbangan pesawat ke Jakarta.
Polisi pun mengatakan bakal memfasilitasi segala keperluan Pandi ke Jakarta sampai balik lagi ke Kalimantan Barat.
"Kami fasilitasi katanya kalau bisa pesawat kalau ada segera berangkat langsung ke Jakarta," sambung Pandi.
Lebih lanjut, Pandi baru terbang ke Jakarta sehari setelah penembakan anaknya lantaran baru mendapatkan jadwal penerbangan.
Pandi mengaku merasa was-was dengan keadaan anaknya.
Selama perjalanan ke Jakarta, Pandi tak diberitahu kondisi sebenarnya bahwa Bripda Ignatius tertembak rekannya sampai tewas.
"Dari keterangan yang diberikan yang kami minta tidak dijawab dengan jelas anak saya itu sakit keras apa? Kecelakaan, atau apa?,"
"Kalau pun kecelakaan kita gak akan khawatir, mungkin dirawat karena butuh perawatan," ucap Pandi.
Setelah sampai di Jakarta, barulah Pandi mendapatkan informasi yang akurat putranya telah tiada.
Polisi menyebut, putranya tertembak tidak sengaja bukan ditembak.
“Setelah tiba baru saya mendapat penjelasan, bahwa anak saya meninggal tertembak, namun bahasa mereka, kejadian ini bukan ditembak, namun tertembak tidak sengaja, karena saat mencabut pistol dari sarungnya, tiba-tiba meledak dan mengenai anak saya. Itu penjelasan dari mereka,” ungkap Pandi.
Pandi mengaku mendengar pernyataan dari polisi sembari merekamnya.
Hal itu dilakukan Pandi agar informasi yang nanti disampaikan kepada keluarga besar tidak diada-ada.
"Saya minta direkam, mereka juga bersedia," sambungnya.
Bripda IMS dan Bripka IG telah diamankan.
Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jawa Barat juga dilibatkan mendalami soal pelanggaran etik yang terjadi dalam kasus tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan pun buka suara atas peristiwa yang mencoreng Korps Bhayangkara itu.
“Terhadap tersangka yaitu Saudara Bripda IMS dan Saudara Bripka IG telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut,” kata Ramadhan kepada wartawan, Rabu (26/7/2023).(*)