GridHot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Kabar duka datang dari maestro lukis, Djoko Pekik.
Pasalnya, seniman ternama itu meninggal dunia pada Sabtu (12/8/2023) kemarin.
Dilansir dari tribunsolo.com, Indonesia kehilangan seniman ternama Djoko Pekik yang meninggal dunia pada Sabtu (12/8/2023) di Yogyakarta.
Dikutip dari Kompas.com, kabar ini dikonfimasii oleh budayawan Butet Kartaredjasa.
"Nggih (iya), meninggal jam 8 wau (tadi)," kata Butet saat dikonfirmasi.
Sosok Djoko Pekik mungkin sudah tidak asing bagi sejumlah kalangan pecinta seni tanah air.
Satu di antara lukisannya berwujud celeng sempat melambungkan popularitasnya.
Lukisan itu diilhami dari masa kecilnya di Purwodadi yang kerap menjumpai warga berburu celeng di kawasan hutan.
Saat itu, Djoko Pekik menghadiri undangan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk merencanakan suatu pameran lukisan.
Ia dan para seniman lainnya dibebaskan untuk menampilkan tempa lukisan apa pun. Saat itulah Djoko Pekik memilih untuk menampikan lukisan celeng dengan enam susunya, dikutip dari Kompas.
Lukisan itu kemudian diberi judul "Susu Raja Celeng".
Saat pembukaan pameran, Menteri Penerangan Harmoko sempat menanyakan alasan lukisan itu dipamerkan.
Menjawab pertanyaan itu, Djoko Pekik pun menyebut celeng sebagai simbol kerakusan dan keserakahan.
Berawal dari pameran itu, Djoko Pekik pun mengembangkan lukisan tentang celeng lainnya.
Termasuk pada saat pameran di Bentara Budaya Yogyakarta pada 1998, ia menampilkan lukisan berjudul "Berburu Celeng".
Luiksan itu kemudian dibeli oleh seorang kolektor seharga Rp 1 miliar. Pamornya pun langsung naik.
Dari situ Joko Pekik sering disebut dengan seniman satu miliar.
Masa muda Djoko Pekik
Diketahui, Djoko Pekik lahir di Purwodadi, Jawa Tengah pada 2 Januari 1937.
Saat itu, Purwodadi merupakan kawasan berhutan lebat.
Dikutip dari Kompas.com (1/3/2023), pendidikan Djoko Pekik terbilang sulit. Pasalnya, ia pernah tidak lulus sekolah.
Kendati demikian, ia tetap bersemangat dan berjuang keras hingga mampu meneruskan studi seni rupa di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta pada 1956-1961.
Tempat ini merupakan cikal bakal dari Institut Senin Indonesia (ISI) Yogyakarta saat ini.
Dalam karier senimannya, Djoko Pekik tercatat pernah bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat atau Lekra, sebuah lembaga kesenian yang berafiliasi dengan PKI.
Di tempat itu, Djoko Pekik tumbuh menjadi pelukis yang memiliki kepekaan tinggi terhadap sosial kerakyatan.
Ia kemudian mendirikan Sanggar Bumi Tarung bersama beberapa seniman lainnya, termasuk Amrus Natalsya, Misbach Tamrin, dan Ng Sembiring di Yogyakarta.
Setelah peristiwa G30S pecah pada 1965, Djoko Pekik pun ikut ditangkap, karena afiliasinya dengan PKI.
Ia ditahan pada 8 November 1965 dan dibebaskan setelah tujuh tahun, yakni pada 1972.
Mengutip Tribunjogja.com, Djoko Pekik sudah menyiapkan tempat peristirahatan terakhir baginya di Makam Seniman Giri Sapto, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak 2020 silam.
Hal tersebut disampaikan oleh anak keempat Djoko Pekik, Nihil Pakuril, saat ditemui media pada Sabtu (12/8/2023).
Nihil mengatakan, makam yang dipersiapkan oleh ayahnya sudah dihiasi dengan relief celeng.
“Makam ini sudah disiapkan bapak sejak 2020, bahkan sudah dibikin relief celeng yang sudah ditempelkan di dinding makam,” ungkap Nihil.
Jenazah Djoko Pekik akan dimakamkan di Makam Seniman Giri Sapto Imogiri, pada Minggu, 13 Agustus 2023. (*)