Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

Suku 'Putri Duyung' yang Bisa Menyelam hingga 5 Jam Sehari, Bisa Tahan Napas Lama Dalam Air karena Genetik Khusus Ini

Minggu, 03 September 2023 | 19:00
Grid Networks Ilustrasi Suku Bajau.
eva.vn

Ilustrasi Suku Bajau.

GridHot.ID - Kebanyakan orang hanya bisa menahan napas di dalam air selama beberapa detik atau beberapa menit.

Namun, suku bernama Bajau di Filipina mampu berenang dan menyelam di kedalaman 79 meter di bawah permukaan laut hingga 13 menit.

Suku itu pun dikenal dengan suku "putri duyung".

Melansir artikel eva.vn, kemampuan yang dimiliki masyarakat Suku Bajau bukan sekedar hasil dari proses latihan.

Masyarakat Suku Bajau telah mengembangkan adaptasi khusus terhadap gaya hidup yang berhubungan dengan laut.

Mayarakat Suku Bajau secara tradisional hidup nomaden di rumah perahu. Mereka memanfaatkan kekayaan sumber laut di sekitar perairan Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Selama abad ke-20, beberapa penduduk Suku Bajau menetap di pesisir dengan tetap menjalani gaya hidup subsistem berdasarkan metode penangkapan ikan tradisionaal mereka.

Mereka ikut serta dalam kegiatan berburu dan memancing untuk kebutuhan makan.

Pada hari-hari biasa, orang Bajau menghabiskan total 5 jam di bawah air, di mana mereka memiliki kendali penuh atas lingkungannya.

Satu-satunya peralatan yang mereka gunakan hanyalah kacamata kayu buatan tangan dan speargun.

Baca Juga: Suku yang Anggota Wanitanya Hanya Boleh Mandi Sekali Seumur Hidup, Praktik Poligami Membudaya, Pria Didenda Jika Tak Punya 5 Istri

Untuk memfasilitasi gaya hidup menyelam bebas, beberapa orang Bajau telah menusuk gendang telinga mereka guna menahan tekanan kuat di bawah air.

Imran Lahassan, seorang pria Bajau, mengatakan kepada The Guardian, "Anda mengalami pendarahan dari telinga dan hidung, dan Anda harus berbaring selama seminggu karena pusing. Lalu Anda bisa menyelam tanpa rasa sakit".

Orang Bajau yang menjalani prosedur ini sering kali kehilangan pendengarannya di usia tua.

Genetik Khusus Suku Bajau

Menyelam secara rutin memang akan membantu seseorang menjadi perenang yang baik. Dinding paru-paru dan perut menjadi lebih elastis, diafragma menjadi lebih tengang.

Namun, peneliti menemukan bahwa orang Bajau memiliki sifat genetik yang lebih khusus.

Secara khusus, orang Bajau memiliki variasi gen PDE10A dan gen BDKRB2.

Gen khusus tersebut bahkan dimiliki oleh kalangan masyarakat Bajau yang tidak melakukan penyelaman; menunjukkan bahwa ini merupakan sifat genetik dan bukan perubahan individu akibat penyelaman seumur hidup.

Lebih jauh lagi, varian genetik yang dimiliki orang Bajau berhubungan dengan sifat lain dari reaksi resesif; vasokonstriksi perifer.

Profil genetik Suku Bajau yang unik memungkinkan mereka untuk lebih mengencangkan bagian-bagian yang tidak penting dalam sistem pembuluh darah.

Intinya, ini berarti lebih sedikit darah yang digunakan di organ luar seperti lengan dan kaki, dan lebih banyak darah yang dikirim ke area vital sepert jantung, paru-paru dan otak, sehingga memungkinkan penyelaman lebih lama.

Baca Juga: 5 Arti Kedutan di Lengan Kiri, Primbon Jawa Ramal Akan Idap Suatu Penyakit

Analisis DNA mengungkapkan perubahan lain yang merupakan salah satu varian gen paling umum pada populasi Bajau.

Iniadalah gen yang membantu mengontrol kadar hormon yang disebut T4, yang diproduksi oleh kelenjar tiroid.

Hormon T4 meningkatkan laju metabolisme (jumlah energi yang dapat digunakan dalam jangka waktu tertentu), yang dapat melawan kadar oksigen rendah.

Orang suku Bajau juga memiliki limpa yang lebih besar.

Limpa yang lebih besar berarti lebih banyak oksigen saat menyelam.

Semua hal di atas menunjukkan bahwa seleksi alam ikut membentuk masyarakat Bajau untuk bisa menyelam lebih dalam dan lama.

Gaya Hidup Punah

Sayangnya, cara hidup nomaden suku Bajau punah seiring berjalannya waktu.

Banyak faktor yang memicu kepunakan tersebut. Pertama, nomadisme sendiri tidak sesuai dengan negara modern. Mereka dianggap sebagai kelompok marginal yang tidak menikmati hak-hak sipil.

Selain itu, sebagian masyarakat Bajau juga melakukan aktivitas penangkapan ikan yang secara langsung merugikan lingkungan tempat tinggal mereka.

Beberapa penyelam mencampurkan pelet potasium ke dalam botol platik berisi air laut, yang kemudian disemprotkan ke ikan untuk membuat mereka pingsan, sehingga mudah ditangkap.

Baca Juga: Medina Kamil Dihujat Gegara Bongkar Hilangnya Bagus Dwi, Sang Presenter Ditagih Klarifikasi Soal Suku Kanibal, Netizen: Apa Benar Ditutupi?

Aktivitas ini dengan mudah merusak terumbu karang sensitif yang merupakan lingkungan bagi banyak spesies ikan.

Industri penangkapan ikan juga menghabiskan stok ikan di laut. Secara keseluruham perubahan dunia dengan cepat menghapus cara hidup suku Bajau. (*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Eva.vn