GridHot.ID - Heboh penemuan jasad ibu dan anak tinggal tengkorak di Depok, Jawa Barat.
Diketahui, jasad ibu, Grace Arijani Harahapan (65) dan anaknya, David Ariyanto Wibowo (35), ditemukan di kamar mandi rumahnya yang terkunci di perumahan Bukit Cinere, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (7/9/2023).
Jasad keduanya ditemukan dalam kondisi bergandengan tangan.
Melansir Kompas.com, keduanya diketahui telah tinggal di perumahan tersebut selama lebih dari 30 tahun.
Kendati demikian, masih ada tetangga yang tidak mengenal keluarga korban.
Tetangga bernama Ratna Ningsih Trinyoto (71) mengungkap keseharian korban yang tertutup dan tak pernah bersosialisasi.
"Selama bertahun-tahun, beliau tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga. Jadi dengan tetangga, ada yang kenal, ada yang enggak," kata Ratna pada Jumat (8/9/2023).
Ratna menjelaskan, Grace sekeluarga telah tinggal di perumahan tersebut sejak sekira 1986 atau 1987.
Sementara Ratna sendiri baru tinggal di sana sejak 1988.
Saat itu, keluarga Grace tinggal bersama anaknya David dan suaminya yang meninggal karena sakit pada 2011.
Ratna mengaku tetap menyapa Grace meski satu keluarga tersebut jarang bersosialisasi.
Biasanya, lanjut Ratna, ia menyapa Grace saat jalan pagi.
Dikatakan Ratna, ia sering mengajak Grace untuk ikut lari pagi, namun korban disebut tak mau ikut.
"Karena saya suka jalan pagi, saya sering lewat sini. Beliau (Grace) lagi di depan mau buang sampahlah, nyapu. Karena sebagai tetangga dekat, rumah saya di depan situ, saya sapa dia," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua RW setempat, Herry Meidjiantono.
Herry menjelaskan, Grace dan David jarang kedatangan tamu dari luar, meskipun itu adalah keluarga sendiri.
Hal itu diketahui karena setiap tamu yang berkunjung ke perumahan, bakal dimintai kartu identitas, baik itu SIM atau KTP untuk ditukar dengan kartu akses masuk.
"Sejauh yang saya tahu tidak pernah ada tamu atau keluarga yang pernah berkunjung (ke rumah Grace)," ujar Herry.
Saking tertutupnya Grace dan David, keduanya tidak pernah terlibat dalam berbagai acara sosial di kompleks.
Bahkan, mereka menolak dimasukkan ke dalam grup WhatsApp (WA) warga.
"Kalau secara informasi dari warga sekitar, mereka itu tertutup dan tidak berkomunikasi dengan depan, dengan tetangga," terangnya.
Sebagai pengurus lingkungan, Herry mengaku tak pernah sekali pun mengobrol dan tatap muka dengan Grace dan David.
"Kalau di RT, RW ada grup WA, dia enggak mau dimasukkan nomor HP-nya. Karena tertutup ya enggak bergaul juga," ujarnya.
"Kalau komunikasi, cuma terbatas simpel aja, misal dia kalau belanja ke warung sebelah itu dia cuma lewat gitu aja, enggak ada interaksi," paparnya.
Di sisi lain, masih melansir Kompas.com,Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Samian mengatakan, dalam olah TKP, polisi mendalami pola keseharian serta gaya hidup kedua korban untuk mengetahui penyebab kematian.
"Penyelidikan induktif, melihat tempat kejadian, lihat pola kehidupan dan profil kesehatan dari korban," ungkap Samian saat ditemui usai olah TKP, Sabtu (9/9/2023).
Dia berharap, hasil pendalaman terhadap keseharian dan pola hidup korban bisa membantu kepolisian menemukan titik terang untuk mengungkap penyebab kematian ibu dan anak.
Dalam olah TKP, polisi menemukan beberapa dokumen dan bukti pembayaran.
"Ada beberapa catatan-catatan dan bukti-bukti pembayaran," tutur dia.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan, saat ini kedua jasad korban telah diautopsi di Rumah Sakit (RS) Polri, Jakarta Timur.
Autopsi dipimpin langsung oleh Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes Hery Wijatmoko.
"Autopsi lengkap ini untuk menganalisis jenazahnya, terutama apa penyebab kematiannya," kata Hengki.
Salah satu hal yang ingin ditelisik dalam autopsi lengkap itu, yakni apakah ada unsur racun di dalam tubuh kedua jenazah itu atau tidak.
Hengki menegaskan, proses pengusutan perkara ini mirip seperti penemuan satu keluarga membusuk di Kalideres, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu.
Penyidik tidak hanya melibatkan tim forensik medis, tetapi juga akan melibatkan sejumlah ahli, antara lain ahli kimia, Inafis, ahli psikologi forensik, dan ahli digital forensik.
"Kami bersama-sama menganalisis, menyelidiki secara induktif tentang apa yang kira-kira terjadi di TKP tersebut dengan ditemukannya dua mayat diduga ibu dan anak ini," ujar Hengki.
(*)