Gridhot.ID - Terungkap profesi Edi Darmawan, ayah Mirna Salihin yang selama ini disebut-sebut orang penting hingga memiliki kenalan banyak polisi.
Diketahui, meski Jessica Wongso sudah ditetapkan sebagai terdakwa pembunuhan dalam kasus kopi sianida, tetapi kematian Mirna Salihin masih meninggalkan banyak isu.
Salah satu yang paling ramai mengenai adanya asuransi kematian senilai Rp 69 miliar yang diduga diterima ayah Mirna Salihin.
Namun, dalam wawancara bersama Karni Ilyas, ayah Mirna mengklarifikasi soal isu asuransi yang dibuat oleh pihak Jessica Wongso.
"Dia (Yudi Wibowo Sukinto, pengacara Jessica Wongso) ngomong macam-macam lah yang saya (anggota) BIN, dapat asuransi Rp 69 miliar," ucap Edi Darmawan, Sabtu (7/10/2023).
Menurutnya, jika uang itu benar-benar ada, Edy akan menitipkan ke orang yang membutuhkan atau ia gunakan untuk membangun rumah ibadah.
"Saya bilang, kalau saya dapat, saya titip Pak Karni uang itu nih, sekarang disaksikan seluruh rakyat Indonesia, saya titipkan bikin Masjid sama kasih dhuafa," katanya lagi.
Bahkan ayah Mirna menantang siapa saja masyarakat yang bisamembuktikan tuduhan tersebut.
Dia menegaskan isu mengenai asuransi Rp 69 miliar milik Mirna adalah tidak benar.
Selain itu, Edi mengakui dirinya memang mengenal banyak polisi, namun dia bukan anggota BIN seperti isu yang beredar.
"Sejak kasus Mirna saya memang kenal beberapa (polisi)," kata Edi menjawab pertanyaan Karni Ilyas.
Ia mengaku kenal polisi dan Densus dari hobinya menembak.
Edi mengaku sebagai atlet menembak dari Perbakin.
Ia juga mengaku sering meraih penghargaan dari lomba atau kompetisi menembak.
"Gimana sih, saya yang ngurus orang Densus nembak-menembak, gimana nggak kenal sih, kenal aja," kata Edi.
Karni Ilyas juga menanyakan bisnis Edi di bidang senjata api.
"Suplier senjata polisi?" tanya Bang Karni.
"Nggak, saya waktu itu angkatan darat. Babek (Badan Bembekalan), ABRI," kata Edi.
"Oh penyuplai Babek?" kata Karni Ilyas.
"Iya pernah sama teman dulu. Bayarnya tahu sendiri kan," kata Edi.
"Logistik Polri nggak?" tanya Bang Karni.
"Bangkrut, nggak mau terusin," kata Edi.
Sekarang Edi mengaku sudah pensiun.
Ia memilih berkebun menanam cabai di wilayah Pamijahan, Kabupaten Bogor.
"Om sekarang udah pensiun, udah tua. Om ke gunung, ke Bogor daerah Pamijahan, Cemplang, nanem cabe udah panen dua kali, lumayanlah buat hidup," kata Edi.
Ia juga memiliki tanah di wilayah Bitung yang dimanfaatkan untuk bisnis singkong.
"Tanah om di Bitung, buat ngumpulin singkong dari Lampung, semua dari Sumatera turun ke bos saya Haji Tabroni dia kirim ke Merak, deket kan sama pelabuhan Merak saya punya tanah," katanya.
Singkong itu kemudian dijual ke Korea, namun Edi mengaku tak ikut dalam bisnis ekspornya.
"Nah itu kita jual ke si orang Korea. Kita gak ikut ekspor karena ekspor sekali gagal, ditolak. Melalui Korea ini dibayar terus, biarinlah, untung lebih dikit, gak apa-apa," kata Edi.
Edi mengaku tak memiliki bisnis dengan ribuan karyawan seperti dulu kala.
"Itu kerjaan om kaya gitu, bukan lagi kerja hebat yang karyawannya sampai 6 ribu, pak Karni juga tahu. Jasa semua kartu kredit kita handle itu," kata Edi.
Kini Edi mengaku tak memiliki bisnis lain.
"Nggak punya bisnis," katanya.
Namun, Karni Ilyas membuka bahwa Edi masih memiliki bisnis properti.
"Bukan properti, itu sisa om waktu hebat, waktu jaya-jayanya properti om banyak. Dijualin buat makan hidup. santai aja," kata Edi.
Jawaban Edi pun menjadi sindiran oleh Karni Ilyas.
"Hebat, properti yang djual buat makan hidup," kata Bang Karni.
"Oh iya, separo harganya," kata Edi.
"Ya masa perumahan mewah buat makan," kata Karni Ilyas.
(*)