GridHot.ID - Nahas pasangan suami istri di Klaten, Jawa Tengah ditemukan meninggal dunia dengan posisi berpelukan.
Pasutri tersebut masing-masing berinisial Y (37) dan IDP (39).
Mereka adalah warga Desa Tegalrejo, Kecamatan Ceper, Klaten.
Dilansir dari TribunJabar, awalnya, jasad pasutri ini ditemukan oleh orang tua IDP, Abdul.
Abdul syok saat mengetahui pasutri tersebut sudah dalam keadaan tidak bernyawa saat ia menjumpainya.
Sementara anak paling kecil pasutri itu berada di sebelah jasad orang tua mereka.
Bos rosok Y dan IDP itu ditemukan di atas tempat tidur kamarnya, setelah 48 menit terlihat di luar rumah.
Penyebab meninggalnya Pasutri itu masih misteri.
Ditemukan meninggal dunia bersamaan tanpa ada kejanggalan.
Tak adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh keduanya pun membuat keluarga tak mau jenazahnya diautopsi.
Dilansir dari TribunSolo, kedua keluarga, baik dari pihak Y sang suami maupun IDP sang istri sepakat menerima kepergian keduanya sebagai musibah.
Apalagi, keduanya juga sama-sama memiliki riwayat penyakit.
Y punya riwayat asma. Sementara IDP darah tinggi.
Keduanya meninggal dunia karena takdir, dan tak menuntut siapapun untuk bertanggung jawab.
Ja'far Rodhi mengaku jika usaha rosok yang ditekuni memang sangat berat.
Bisnis ini bak membawa bola api, yang sangat panas.
Kres dengan sesama pengusaha itu sudah biasa.
"Usaha Ten mriki niku kados geni ug (Usaha di sini itu seperti api) melibatkan uang Miliaran," katanya.
Persaingan usaha ini sangat ketat nan keras.
Bahkan dengan keluarga sendiri yang sama-sama menggeluti bidang usaha yang sama, ketegangan juga tak bisa dihindarkan.
Sang istri, IDP pun kerap menasehati suaminya untuk berhati-hati.
"Nduk-nduk, Mbak IDP kan selalu ngomong kan nduk. Wes nyambut gawe sing penting ora ganggu gawean e wong lio. Kae selalu ngunu to bahasane (dek-dek mbak IDN itu kan selalu ngomong bekerja yang penting tidak ganggu pekerjaan orang lain. Selalu seperti itu kan bahasanya)," tuturnya sembari menegaskan ke Adik-adik IDN yang ada di rumah duka.
IDP tau, bisnis yang dikerjakan oleh sang suami itu sangat beresiko.
Sehingga, IDP tak mau membeli barang rongsokan jika menimbulkan benturan dengan sesama pebisnis rosok.
Sekalipun, kalkulasi keuntungan yang akan diterima sangat besar hingga miliaran rupiah.
"Tapi Mbak IDP ga mau. Ga mau gembyeng (kres) dengan teman. Wes mbok o arepo bathi Piro, mbok o bathi sak miliar (Mau untung berapapun, walaupun hingga satu miliar ga mau bentura dengan temannya)," pungkasnya.
Meski begitu, pihaknya tak ingin masyarakat berspekulasi yang tidak-tidak mengenai kematian ini.
Keluarga sudah ikhlas dan menganggap keduanya meninggal dunia karena sudah ditakdirkan.
"Ini menjadi cinta sejati. Yang penting masyarakat terutama yang komentar-komentar di medsos yang bisa memperberat keluarga. Keluarga sudah ikhlas," tambahnya.
(*)