Gridhot.ID - Klinik Alifa di Tasikmalaya, Jawa Barat memang sedang menjadi sorotan akhir-akhir ini.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya bayi dari Nisa Armila meninggal dunia diduga usai dijadikan konten oleh pihak klinik Alifa.
Keluarga pasien juga mengaku mendapatkan pelayanan yang kurang menyenangkan selama menjalani persalinan di Klinik Alifa.
Cerita keluarga Nisa Armila menjadi viral di sosial media dan klinik Alifa pun menjadi bulan-bulanan massa.
Pasalnya, bayi prematur tersebut malah dijadikan konten newborn oleh pihak klinik tanpa pengawasan profesional lainnya.
Pihak Klinik sendiri disebut sampai datang ke rumah pasien sebanyak tiga kaliuntuk mengembalikan uang pembayaran.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, pihak Klinik Alifa di Kota Tasikmalaya akhirnya buka suara berkenaan kasus meninggalnya bayi yang lahir dengan bobot 1,7 kilogram, Selasa (14/11/2023).
Sebelumnya, pihak Klinik Alifa menjadi sasaran pihak keluarga karena dinilai melakukan kelalaian.
Selain itu, bayi juga menjadi konten foto oleh pihak klinik setelah mereka meminta izin kepada pihak keluarga untuk memandikannya meski berat badan sang bayi tidak normal.
Pemilik Klinik Alifa, Andi Irawan, mengatakan, pihaknya telah menjalankan prosedur operasional sesuai standar.
“Sebetulnya, kami sudah menjalankan SOP dengan menerima pasien, kemudian juga melayaninya. Alhamdulillah juga (melahirkan) selamat di sini,” ucap Andi, Kamis (23/11/2023).
“Pada saat pemeriksaan, bayinya juga alhamdulillah sehat walaupun dengan berat badan lahir rendah,” lanjut dia.
Bahkan Andi sempat melakukan konsultasi kepada pihak dokter yang berada di salah satu rumah sakit.
“Walaupun berat badan rendah, ini bayinya kategorinya sehat, alhamdulillah. Bersyukur kami bisa menolong dengan sehat dan selamat,” papar Andi.
“Itu posisinya, bayinya meninggal bukan di (klinik) kami, melainkan di rumah pasien 12 jam setelah dilahirkan,” lanjut dia.
Andi juga mengeklaim bahwa pada saat pulang dari Klinik Alifa, bayi tersebut dinyatakan sehat.
“Nah, setelah 12 jam di rumah, itu bayinya ternyata meninggal dan kami tidak tahu kejadian di rumah seperti apa. Apakah ada kendala? Apakah ada permasalahan di rumah? Kami tidak tahu,” ucap Andi.
Andi menyebut pada malam harinya setelah pulang dari Klinik Alifa, sang bayi sudah dalam meninggal dunia saat dibawa kembali ke klinik.
“Karena kejadiannya di rumah, maka kami tidak tahu meninggalnya itu faktor karena apa. Soalnya, untuk membuktikan (faktor) itu, mungkin butuh autopsi,” ucapnya.
Terkait dugaan pelayanan yang buruk, Andi mengaku bahwa pihaknya telah menjalankan SOP yang ada.
“Sebetulnya, untuk pelayanan, kami ada SOP-nya. Terkait kapan kami merujuk, kapan kami harus memeriksa, kapan kami harus memberikan tindakan yang sesuai semestinya,” kata Andi.
“Salah satu SOP-nya mungkin koordinasi di kala ada kendala di klinik. Ini bayi misalnya ada kendala, dikoordinasikan dengan pihak rumah sakit atau dokter penanggung jawab. Alhamdulillah koordinasi terkait itu sudah ada, sudah jalan, dan dilakukan dengan baik.”
Andi juga mengatakan, bayi tersebut tidak termasuk kategori prematur meski berat badannya sekira 1,7 kilogram.
“Tapi BBLR (berat badan lahir rendah) karena dari segi usia kelahiran itu sembilan bulan. Tapi dari segi berat badan, itu kurang,” ucapnya.
(*)