GridHot.ID - Marshanda mengungkap cerita awal dirinya didiagnosis bipolar.
Aktris yang akrab disapa Caca itu mengaku, sebelum didiagnosis mengidap gangguan bipolar, ia merupakan sosok anak remaja yang ceria .
Kehidupan Marshanda tak terganggu meski dirinya harus disibukkan dengan kegiatan sekolah dan syuting.
Ia juga tetap bagagia meski kedua orang tuanya bercerai.
"Enggak ada (gejala bipolar). Aku adalah anak remaja yang bahagia, yang mencintai hidup, ceria, penuh semangat, seneng sekolah, syuting," kata Marshanda dikutip dari YouTube Richard Lee.
Marshanda menyebut kehidupannya mulai berubah setelah ia mengonsumsi pil Xanax atas saran dari orang terdekat.
Ibu satu anak itu mengaku mulai minum pil Xanax saat usianya baru 15 tahun.
"Orang deket gue ini, gue enggak akan kasih tahu siapa, dia worry banget sama keadaan gue yang enggak pernah tidur, kalau tidur baru jam 3 pagi, 4 pagi, jam 6 sudah harus ke sekolah," tutur Marshanda.
"Akhirnya dia bilang 'ada obat namanya Xanax, ambil aja kalau enggak bisa tidur. Tapi setengah pil aja ya'. Gue kayak 'oh ya udah', awalnya blank enggak tahu itu apa, ya udah gue minum," lanjutnya yang saat itu masih berusia 15 tahun.
Marshanda mengaku saat itu ia sempat bertanya pada seseorang yang berprofesi dokter soal pil Xanax.
Namun, orang tersebut mengatakan bahwa tidak bahaya mengonsumsi pil Xanax terus menerus.
Alhasil, Marshanda pun terus mengonsumsi pil Xanax tersebut.
Bahkan dosisnya terus bertambah. Dari yang awalnya setengah pil menjadi satu pil kemudian menjadi 1,5 pil dan akhirnya menjadi dua pil pada suatu malam.
Saat mengonsumsi dua pil Xanax, Marshanda mulai merasa curiga karena dia justru sama sekali tidak bisa tidur.
"Sempat terakhir banget minum dua pil dalam satu malam enggak bisa tidur sampai jam 6 pagi," kata Marshanda.
"Malam itu juga gue memutuskan enggak akan minum lagi, karena merasa ada yang salah, langsung dong gue stop," imbuhnya.
Setelah berhenti mengonsumsi Xanax secara tiba-tiba, Marshanda mulai merasakan sikapnya berubah.
Hal itu juga dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya.
"Gue enggak tahu juga kenapa jadi pemarah, kenapa jadi gampang sensitif, jadi kayak gampang irritable, marah-marah, gampang konflik," ucap Marshanda.
"Keluarga gue dan orang-orang di lokasi syuting lihat, (mereka) khawatir. Akhirnya gue dibawa lah ke psikiater itu," imbuhnya.
Waktu itu Marshanda tak tahu bahwa kondisinya bisa jadi merupakan efek dari berhenti mengonsumsi Xanax secara tiba-tiba, sehingga saat konsultasi dengan psikiater untuk pertama kali dia hanya bercerita tentang kehidupannya.
"Gue bilang aja ke psikiater masalah sehari-hari, ngalor ngidul. Gue enggak tahu bahwa yang harus gue share adalah minum Xanax satu tahun dan berhenti mendadak, harusnya ngomong gitu," tutur Marshanda.
"Mungkin kalau ngomong gitu, psikiater ini akan bilang 'kamu mengalami gejala withdrawal dari Benzodiazepin'," imbuhnya.
Akhirnya dengan semua gejala yang disebutnya mirip, Marshanda didiagnosis mengalami depresi mayor dan bipolar disorder.
"Karena enggak bilang itu muncullah semua gejala-gejala yang memang mirip bipolar. Akhirnya gue dapat diagnosa depresi mayor dan bipolar disorder," ucap Marshanda.
Namun Marshanda tak mau menyesali hal yang sudah terjadi di masa lalu, karena bagaimana pun saat itu dia masih remaja dan tidak tahu tentang banyak hal.
Sampai saat ini Marshanda diketahui masih rutin menjalani konsultasi dan mengonsumi obat untuk gangguan bipolar.
Sebagai informasi, Xanax adalah obat untuk mengatasi gangguan kecemasan dan gangguan panik.
Xanax mengandung alprazolam yang termasuk dalam obat golongan benzodiazepine.
Xanax hanya boleh dikonsumsi sesuai resep dan dengan pengawasan dokter. Hal ini karena Xanax berisiko disalahgunakan sehingga bisa menyebabkan ketergantungan obat dan sejumlah efek samping.
(*)