GridHot.ID - Belasan pendaki sempat dilaporkan hilang di Gunung Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Belasan pendaki ini dilaporkan hilang sejak Sabtu (27/1/2024) sore.
Setelah berhasil dievakuasi, pendaki di Bogor yang sempat hilang di Gunung Pangrango mengurai kisah mistisnya.
Melansir tribun-video.com, Kepala Seksi Operasi SAR Jakarta, Agung Priambodo, menjelaskan terkait tersesatnya 16 orang pendaki di Gunung Pangrango.
Setelah diselamatkan tim SAR gabungan, terungkap maksud tujuan 16 orang tersebut melakukan pendakian.
"Survivor ini bergerak naik rencananya untuk ziarah hari Sabtu kemarin, sore mereka gerak sempat bermalam di sana dan rencana hari Minggu kemarin sore mereka turun. Dari informasi awal kami terima mereka terpisah jadi dua grup, 3 orang dan 10 orang," ujarnya pada wartawan, Senin (29/1/2024).
Sebelum ditemukan, menurutnya ia telah menerima pesan terlebih dahulu dari salah satu anak yang orang tuanya ikut tersesat di Gunung Pangrango.
"Kemudian tadi pagi survivor memberi kabar kalau mereka sudah bergabung kembali dan mereka mengarah turun, turunnya pun yang naik dari Cibedug, turunnya mereka lewat pasir pogor dan kami jemput," ungkapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan pada saat ditemukan, 16 orang tersebut masih memiliki cukup logistik.
"Masih ada, tapi tinggal sedikit, terakhir masih bisa ngopi," katanya.
Tersesatnya 16 orang tersebut diduga akibat cuaca ekstrem yang dibarengi dengan medan yang menurutnya cukup sulit untuk dilalui.
"Karena cuaca, hujan deras, kondisi medan juga dan dua dari mereka mengalami luka jadi mereka sempat kebingungan mencari jalan turunnya," terangnya.
Sulitnya medan tersebut turut dirasakan oleh SAR Gabungan saat melakukan evakuasi.
"Kesulitan dari cuaca hujan terus, jadi kesulitan pada saat pencarian, juga memang medannya di lokasi cukup curam," tandasnya.
Dilansir dari TribunnewsBogor.com, pendaki di Bogor yang sempat hilang di Gunung Pangrango mengurai kisah mistis yang dialaminya.
Terlebih saat tersesat dan hilang, para pendaki disebut sempat melakukan ritual.
Dalam perjalanan ritual itu, mereka mengaku sempat melihat hewan tak biasa.
Untuk diketahui, sebanyak 16 pendaki (informasi awal 13), sempat dikabarkan hilang semalaman di Gunung Pangrango karena tersesat.
Para pendaki ini ditemukan oleh tim SAR di blok Pasir Pogor, Desa Cibedug, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Senin (29/1/2024) pagi.
Mereka melakukan pendakian sejak Sabtu (27/1/2024) melalui Kulah Dua, Cibedug.
Tujuan pendakian itu yakni untuk melakukan tadabbur alam ke dua curug yang terletak di Gunung Pangrango.
Belasan orang itu terdiri dari kelompok Paguyuban Sir Buni Kasih.
Markas mereka diketahui berada di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Ketua Paguyuban Sir Buni Kasih, Dedi Saefullah menegaskan, tujuan mereka melakukan pendakian bukanlah untuk ziarah.
"Jadi bukan ziarah, lebih ke tadabbur alam," kata Dedi Saefullah.
Saat melakukan tadabur alam, kata dia, rombongan berhasil mengunjungi dua curug yang ada di Gunung Pangrango.
Namun saat akan kembali, tiba-tiba cuaca di Gunung Pangrango mendadak jadi ekstrem.
Kabut tebal dan hujan rintik disebut terus menerus menghalangi pemandangan dan pergerakan mereka.
Akhirnya kelompok itu pun memutuskan untuk bermalam.
"Ketika cuaca (buruk) harus sigap dan menentukan bermalam," jelasnya.
Apalagi kondisi yang gelap dan hujan membuat jalur turun dari puncak tertutup.
Hal itulah yang kemudian membuat rombongannya tersesat.
Mereka pun sudah mencoba membuka jalur sendiri, namun tidak membuahkan hasil.
Bahkan anggota rombongannya sampai mengalami luka-luka hingga terkilir.
Dedi pun menceritakan pengalamannya bermalam di Gunung Pangrango.
Menurut Dedi, ini bukan kali pertama dirinya mengunjungi curug di Gunung Pangrangi.
"Kalau saya sudah sering, kalau yang lain ada yang baru (pertama kali)," jelasnya.
Kunjungan rutin yang dilakukan Paguyuban Sir Buni Kasih ke berbagai mata air atau alam tidak bisa dilepaskan dari filosofi kelompoknya yang berkaitan dengan alam.
Aktivitas yang dilakukan kelompoknya itu yakni melestarikan budaya dengan cara mengunjungi sumber air .
Selain itu, mereka juga menikmati alam dengan kompleksitas yang berbeda jika berada di atas gunung.
Bahkan saat bermalam di Gunung Pangrango, Dedi mengaku bisa menyaksikan hal-hal lain.
Dedi pung mengaku bertemu dengan ulat yang menyala.
"Bukan hanya kunang-kunang, tapi ada juga ulat kecil nyala," jelasnya.
Namun saat disinggung mengenai apakah ada hubungan paguyuban Sir Buni Kasih dengan makhluk tak kasat mata, Dedi enggan menjawabnya.
Ia pun tak menapik jika kegiatannya hingga tersesar digunung merupakan bagian dari proses ritual
Namun, ia menegaskan kalau Paguyuban yang dipimpinnya tidak pernah merugikan orang lain.
"Maaf itu pakem, tidak bisa saya ceritakan, yang penting itu pakem saya, yang penting tidak merugikan malah saya ingin memberi manfaat dan memberikan amal sholeh. Saya lebih menjaga hubungan alam. Tidak ada tujuan selain penguasa, zat tanah, zat air itu kesatuan kita," tandasnya.(*)