Gridhot.ID - Anak buah Egianus Kogoya, pentolan KKB Papua bernama Epson Nirigi (35) ditangkap di Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Satgas Operasi Damai Cartenz mencokok Epson Nirigi di Hotel Lavela In, Jalan Kalimutu, Kota Mimika pada Selasa (20/2/2024).
"Ditangkap saat yang bersangkutan sedang mengikuti rapat rekapitulasi suara Distrik Jita, Kabupaten Mimika," ujar Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani melalui keterangan tertulis, Rabu (21/2/2024).
Faizal mengungkapkan, Epson Nirigi diduga merupakan kelompok aktif dari KKB Nduga pimpinan Egianus Kogoya.
Egianus Kogoya dan pasukannya beropersai di wilayah Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
"Epson Nirigi sudah menjadi Daftar Pencarian Orang (DPO) dari Polres Nduga sejak 2023 dan yang bersangkutan berdomisili di Kabupaten Mimika serta pekerjaannya sebagai operator speedboat," terangnya.
"Epson berperan sebagai penyuplai amunisi dan senjata kepada KKB Kodap III Ndugama pimpinan Egianus Kogoya," sambung Faizal.
Saat ditangkap, aparat keamanan berhasil menyita beberapa barang bukti berupa tas pinggang, uang tunai dan lainnya.
"Saat ini, Epson Nirigi telah diamankan di Posko Satgas Ops Damai Cartenz-2024, wilayah Mimika untuk dilakukan penyidikan lebih lanjut," kata Faizal.
Adapun kelompok separatis itu memang sering berbaur dengan masyarakat untuk dijadikan tameng.
Hal itu disampaikan Ws. Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan kala menyikapi situasi di Intan Jaya, Papua Tengah melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun-Papua.com, Kamis (1/2/2024).
"Mereka berbaur dengan masyarakat kemudian melancarkan aksi penyerangan dan penembakan kepada warga sipil yang telah menjadi targetnya, termasuk pula kepada aparat Keamanan TNI-Polri. Cara-cara itu lah yang digunakan gerombolan ini," ujar Candra.
Dia mengatakan, aparat TNI-Polri sangat berhati-hati dalam bertindak demi menghindari terjadinya korban dari pihak masyarakat sipil.
"Kalau gerombolan KKB segala cara digunakan, termasuk mengorbankan warga sipil, membakar rumah warga dan fasilitas umum, serta merampas hasil bumi dan melarang warga beraktivitas di Pasar," tandasnya.
(*)