GRIDHOT.ID-Primbon Jawa adalah suatu sistem kepercayaan atau kebudayaan tradisional Jawa yang mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk astrologi dan ramalan.
Dalam hal weton dan potensi pernikahan lebih dari sekali menurut Primbon Jawa, terdapat pandangan yang meyakini bahwa ada hari-hari tertentu yang dianggap lebih berpeluang untuk menikah lebih dari sekali. '
Namun, perlu diingat bahwa pandangan ini bersifat kepercayaan tradisional dan tidak memiliki dasar ilmiah.
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan kepercayaan ini, dan banyak orang yang tidak mempercayai atau mengikuti aturan-aturan tersebut.
Selalu penting untuk memperlakukan informasi ini dengan hati-hati dan sebagai bagian dari warisan budaya dan kepercayaan lokal.
Berikut beberapa contohweton yang dianggap memiliki peluang menikah lebih dari sekali menurut Primbon Jawa:
Baca Juga: 5 Weton yang Diprediksi Hidupnya Penuh Tekanan di Tahun 2024
1. Senin Pon
Orang yang lahir pada hari Pon memiliki peluang besar untuk menikah lebih dari sekali.
Mereka cenderung memiliki keberuntungan dalam hal percintaan dan hubungan.
2. Selasa Kliwon
Hari kelahiran Kliwon juga dianggap memiliki kemungkinan besar untuk menikah lebih dari sekali.
Orang yang lahir pada hari ini dipercaya memiliki daya tarik dan pesona yang kuat dalam hal percintaan.
3. Jumat Legi
Legi juga dianggap sebagai salah satu hari kelahiran yang mendukung untuk menikah lebih dari sekali.
Baca Juga: 7 Weton Berwatak Lakuning Angin yang Suka Bikin Senang Orang Lain
Orang yang lahir pada hari Legi diyakini memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dan langgeng.
4. Sabtu Pahing
Meskipun tidak selalu, beberapa tradisi Primbon Jawa juga menyatakan bahwa orang yang lahir pada hari Pahing memiliki peluang untuk menikah lebih dari sekali.
5. Rabu Wage
Sedangkan dalam beberapa kepercayaan, orang yang lahir pada hari Wage juga memiliki potensi untuk menikah lebih dari sekali.
Namun, perlu diingat bahwa kepercayaan ini berakar dari tradisi dan budaya Jawa kuno, dan tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.
Hal ini lebih bersifat sebagai kepercayaan dan mitos dalam budaya Jawa.
(*)