GridHot.ID - Penyebab dugaan bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, masih misteri.
Sebagaiman yang telah diberitakan, dugaan bunuh diri ini melibatkan ayah berinisial EA (51), ibu berisial AEL (50), anak perempuan berinisial JL (15), dan anak laki-laki berinisial JWA (13).
Empat orang tersebut saling terikat saat terjun dari lantai 12 apartemen Penjaringan pada Sabtu (9/3/2024) lalu.
Berikut sejumlah update fakta terbaru tentang kasus dugaan bunuh diri satu keluarga di apartemen Penjaringan:
1. Dikenal Tertutup
Melansir Tribunnews.com, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, keluarga yang beranggotakan empat orang itu ternyata tertutup dari lingkungan keluarga hingga lingkungan sosial.
Hal ini diketahui dari pemeriksaan 12 saksi anggota keluarga hingga teman selama proses penyelidikan.
"Memang ada ada handycapnya, ada ketertutupan atau bisa dikatakan introvet ya antara keluarga yang empat ini dengan keluarga besarnya. Tapi kita dapat informasi-informasi itu sifatnya sangat subjektif," kata Gidion kepada wartawan, Senin (18/3/2024).
Bahkan, polisi menemukan pengakuan fakta bahwa keluarga tersebut sudah tidak berkomunikasi dengan keluarga besarnya selama dua tahun.
"Ini sudah nggak komunikasi ya ngga komunikasi lama sudah ada 2 tahun nggak komunikasi dengan keluarganya," jelasnya.
2. Sempat Pindah ke Solo
Gidion menyebut, keluarga tersebut sempat pindah ke Solo, Jawa Tengah, sebelum akhirnya terjun dari apartemen.
"Yang ada ada tracing lokasi ya dia ada di Solo tetapi tempatnya di mana kita juga nggak dapat informasi," ujar Gidion.
3. Anak Tidak Sekolah sejak Setahun Lalu
Lebih lanjut, Gidion menyebut bahwa dua anak dalam keluarga tersbeut sudah tidak bersekolah sejak satu tahun lalu.
"Bahkan si anak kan sudah tidak terdaftar di apa terdaftar di sekolah dan juga sudah tidak melanjutkan Satu tahun nggak sekolah. Dua duanya," terang Gidion.
4. Tak Ada Jejak
Melansir Kompas.com, Kapolres Jakarta Utara (Jakut) Kombes Gidion Arif Setyawan mengatakan, kasus bunuh diri bisanya menyisakan jejak sehingga bisa terungkap motifnya.
Namun, kasus keluarga tersebut tak ada jejaknya sama sekali.
"Kasus yang kami tangani biasanya selalu meninggalkan jejak. Tapi, untuk kasus ini tidak ada sama sekali," ujar Gidion di Polres Jakut, Senin (18/3/2024).
Polisi pun tidak menemukan catatan yang berisi pesan terakhir di tas milik sekeluarga itu.
Di lokasi kejadian, ditemukan ponsel keempat korban.
Namun, ponsel tersebut sudah rusak karena dibawa korban saat melompat.
Polisi pun tidak bisa mendapatkan data dari ponsel itu.
Sebelum melakukan bunuh diri, sekeluarga tersebut sempat menumpangi taksi online dan berkomunikasi dengan sopir taksi itu.
Namun, komunikasi yang dilakukan natural dan tidak terlihat kecemasan pada keluarga itu.
5. Petunjuk penyebab bunuh diri dari ikatan tali
Gidion berujar, tali yang terikat di tangan para korban bisa jadi petunjuk untuk menguak penyebab satu keluarga bunuh diri itu.
"Tali itu menjadi clue-nya untuk cek apakah ada DNA lain atau tidak," ungkap Gidion.
Dengan mengetahui keberadaan DNA lain atau tidak, akan menegaskan kasus ini pada dugaan pembunuhan atau bunuh diri.
Gidion menduga bunuh diri ini sudah direncanakan dengan matang. Namun, siapa yang menginisiasinya masih terus didalami oleh pihak kepolisian.
"Siapa sih yang menentukan si ibu berpasangan dengan anak laki, si bapak berpasangan dengan perempuan pastikan ada aktor di balik itu semua," kata dia.
Gidion belum bisa menentukan, apakah sosok itu merupakan orang lain atau salah satu dari keempat korban tersebut.
Namun, Gidion meyakini tidak mungkin kedua anaknya yang menginisiasi tindakan bunuh diri ini.
Pihak kepolisian juga sudah melakukan tiga kali olah TKP untuk lebih menguatkan penyidikan, di antaranya pemeriksaan DNA dan melacak CCTV.
6. Sempat sembahyang
Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara (Jakut) Ajun Komisari Besar (AKBP) Hady Siagian mengatakan, ibu berinisial AEL, sempat sembahyang di Klenteng Apartemen Teluk Intan Penjaringan, Jakarat Utara (Jakut).
Ia juga menjelaskan, lokasi lompat satu keluarga tersebut berada di sebelah kanan kelenteng Apartemen Teluk Intan.
"Tapi sebelum ke kanan (lokasi lompat), istrinya berdoa dulu, sembahyang," ucapnya kepada wartaman di Polres Jakut.
Sementara sang ayah dan kedua anaknya menunggu di kursi.
Hady juga menegaskan, lantai 22 apartemen tersebut memang tidak pernah dikunci sehingga siapa saja boleh masuk untuk beribadah.
"Karena di atas ada klenteng, pintu atas tuh enggak ditutup, enggak dikunci. Karena bebas, siapa pun yang mau beribadah di sana silakan, begitu," jelas dia.
Polisi juga menjelaskan, penunggu kelenteng bernama Akong tidak melihat saat satu keluarga tersebut hendak melompat.
Pasalnya, lokasi bunuh diri satu keluarga tersebut bukan di area kelenteng, melainkan di taman.
"Karena ada dua bagian, sebelah kiri klenteng, sebelah kanan taman. Nah, posisi korban loncat itu di daerah taman sana, bukan di kelentengnya," ujar dia.
Hady juga mengungkapkan, Ahong memang melihat saat korban berinisial AEL berdoa di kelenteng.
Namun, ia tak menyangka apabila korban bersama keluarganya akan melompat ke lantai bawah.
(*)