Gridhot.ID - Sedang viral akhir-akhir ini terkait mahasiswa kaya raya namun mendapatkan fasilitas beasiswa keluara miskin KIP Kuliah.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, sebelumnya beberapa mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang (Undip) penerima KIP kuliah terbukti memiliki gaya hedon dan mewah.
Beberapa bahkan merupakan selebgram yang membuka jasa endorsement dengan tarif fantastis.
Bahkan ada pula mahasiswi yang dengan santainya menunjukkan kalau dirinya memiliki uang tunai senilai Rp100 juta.
Hal ini membuat netizen geram karena seharusnya mahasiswa yang menerima KIP Kuliah datang dari kalangan yang mengalami kesulitan ekonomi.
Setelah viral mahasiswa dan mahasiswi dari Undip, kini adapula beberapa mahasiswa dari kampus lain yang juga memiliki gaya hidup mewah selama menerima manfaat beasiswa KIP Kuliah.
Salah satunya datang daru Universitas Brawijaya.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, diduga mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) melakukan penyalahgunaan dana Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Dana tersebut digunakan untuk kebutuhan pribadi yang tidak seharusnya. Seperti membeli ponsel dengan harga mahal dan hobi liburan.
Laporan tersebut sempat ramai dibahas di media sosial X. Diduga mahasiswa penerima KIP-K dianggap hedon, atau menunjukkan gaya hidup mewah.
Pihak kampus merasa kerepotan jika harus menelusuri siapa penerima KIP kuliah yang hedon.
Baca Juga: 3 Jurusan Kuliah yang Berpotensi Memberikan Peluang Karier yang Baik untuk Sabtu Pahing
Menanggapi hal itu, Wakil Rektor III UB, Dr Setiawan Noerdajasakti mengatakan, belum bisa menjelaskan secara gamblang terkait langkah apa selanjutnya yang dilakukan pihaknya setelah adanya aduan di media sosial tentang hal tersebut.
Sejauh ini, pihaknya juga belum menerima laporan atau aduan secara langsung dari siapapun.
Setiawan mengatakan, dirinya juga mengetahui informasi serupa dari WhatsApp, yang melibatkan mahasiswa penerima KIP kuliah dari Universitas lain.
"Langkah itu tidak harus diungkapkan dalam bentuk statement, mungkin dalam bentuk bagaimana sih ini sebenarnya (masih mencari rencana untuk tindaklanjutnya seperti apa)," kata Dr Setiawan pada Minggu (5/5/2024).
Setiawan berkata, setiap tahun ada sekitar 1.300 mahasiswa UB yang merupakan penerima KIP Kuliah.
Menurutnya, jika pihaknya harus menelusuri kebenaran adanya penerima KIP Kuliah tersebut, kampus justru merasa kerepotan.
"Kalau kita harus menelusuri sebanyak itu kan repot, malah justru sebenarnya antara pemberi beasiswa dan si penerima beasiswa," katanya.
Setiawan mengatakan, pihaknya tidak dapat memantau setiap penerima KIP yang bergaya hidup mewah karena hal itu sudah masuk ranah pribadi.
"Gaya hidup kan kita juga tidak bisa memantau, siapapun mahasiswanya, dia mau bergaya hidup seperti apa juga tidak bisa memantau, dan juga kita tidak bisa sampai kesitu ranahnya," katanya.
Menurutnya, adanya penerima KIP Kuliah dengan gaya hidup mewah, bukan berarti menggunakan dana beasiswa tersebut.
"Mungkin dia mendapatkan rejeki dari temannya, atau dari keluarganya, atau kebetulan menjalankan bisnis wirausaha, kemudian kan bisa saja dia menikmati dari hasil yang diperolehnya," katanya.
Ditanya apa ada upaya akan melakukan pencabutan terhadap penerima KIP Kuliah tersebut, pihak UB masih mencari tahu aturannya.
"Harus dilihat dulu aturannya, dan prosedurnya bagaimana, apakah si pemberi KIP yang mencabut, atau ada rekomendasi lembaga di mana dia studi, kan itu harus ditelusuri dulu aturannya seperti apa," katanya.
Pihaknya juga masih mencari tahu aturan soal apakah perguruan tinggi juga harus menelusuri penerima KIP kuliah hedon. Dia tidak ingin langkah yang diambil kampus menjadi blunder.
"Tidak bisa seenaknya sendiri, melakukan tindakan-tindakan yang ternyata justru menyalahi ketentuan-ketentuan yang sudah disebutkan persyaratan-persyaratan yang sudah disebutkan di dalam pedoman tersebut," ungkapnya.
(*)