Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

Berenang dengan Tangan dan Kaki Terikat, Ternyata Beginilah Kerasnya Latihan Pasukan Taifib Penemu Black Box Lion Air JT 610

Sabtu, 03 November 2018 | 17:26
Grid Networks Berenang dengan tangan dan kaki terikat, ternyata begini kerasnya latihan pasukan Taifib penemu black box pesawat Lion Air JT 610
Tribun Jambi/ Ist

Berenang dengan tangan dan kaki terikat, ternyata begini kerasnya latihan pasukan Taifib penemu black box pesawat Lion Air JT 610

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Black box atau Kotak hitam pesawat Lion Air PK-LQP JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, ditemukan pada hari ini, Kamis (1/11/2018) siang.

Dilansir dari Kompas TV, kotak hitam atau black box ini sudah dibawa oleh Kapal Riset Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Kotak hitam ditemukan sekitar pukul 10.00 WIB oleh Sertu Hendra, anggota tim penyelam TNI AL, di kedalaman sekitar 30 km.

Baca Juga : 6 Fakta Syachrul Anto, Penyelam yang Gugur dalam Pencarian Korban Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610

Keberhasilan Sertu Hendra Syahputra dan Kopda Noor Ali dalam menemukan black box pesawat Lion Air JT 610 ini kemudian menjadi sorotan publik.

Pasalnya, black box dianggap sebagai alat vital untuk mengungkap penyebab dari jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkalpinang pada Senin (29/10/2018) lalu.

Keberhasilan Sertu Herda dan Kopda Noor Ali ini tentunya bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dengan mudah.

Baca Juga : Black Box Pesawat Lion Air JT 610 yang Jatuh di Perairan Karawang Ditemukan

Tentunya upaya penemuan black box pesawat Lion Air JT 610 ini tidak dapat diabaikan.

Apalagi, dengan adanya banyak penyelam yang mengalami kesulitan saat berusaha menemukan kotak hitam yang berwarna jingga tersebut selama beberapa hari.

Dan tak sembarang orang pula dapat melakukan hal ini.

Baca Juga : BPJS Ketenagakerjaan Pertanyakan Jumlah Besaran Gaji yang Diterima Pilot dan Pramugari Lion Air

Seperti Serdu Hendra dan Kopda Noor Ali sendiri.

Dilansir dari laman Intisari Online (2/11/2018), keduanya merupakan anggota Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib), Korps Marinir.

Ini merupakan satuan pelaksana yang setara dengan Komando Pelaksana Korps Marinir lainnya.

Baca Juga : Sempat Dikira Badan Pesawat Lion Air JT 610, Ternyata Objek Besar di Perairan Karawang ini Adalah Bangkai Kapal

Keberhasilan Sertu Hendra dan Kopda Noor Ali ini seolah menjadi bukti bahwa Taifib memang layak diberi label pasukan khusus dalam kelompok militer.

Apalagi jika kita menilik pada ketatnya dan kerasnya program latihan yang harus dijalani oleh para anggota Taifib.

Ternyata, para pasukan Taifib harus menjalani proses latihan yang benar-benar keras dan dianggap mengerikan oleh banyak pihak.

Baca Juga : 3 Fakta Terbaru Pencarian Korban Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610: Satu Jenazah Teridentifikasi Hingga Sinyal Black Box Terdeteksi

Ada berbagai macam jenis latihan mengerikan yang harus dijalani para prajurit pasukan elite TNI.

Salah satunya adalah jenis latihan yang dijalani oleh para pasukan Taifib.

Melansir dari laman Tribun Jambi (11/10/2018), saat berlatih, Taifib yang merupakan Prajurit Pasukan Elite TNI AL harus berenang dengan tangan dan kaki yang terikat.

Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Inilah 7Cara Bertahan Hidup Saat Terjadi Kecelakaan Pesawat Menurut Penelitian

Tak heran, jika tak semua prajurit Marinir bisa tergabung dalam pasukan Taifib ini.

Untuk bisa menjadi anggota Taifib, mereka harus mengikuti serangkaian seleksi yang sesuai dengan persyaratan mental, fisik, kesehatan dan telah aktif menjalani dinas minimal selama dua tahun.

Metode pelatihan Taifib ini dibagi dalam beberapa tahap.

Baca Juga : Anakya Jadi Korban Pesawat Lion Air JT 610, Orangtua Pilot Bhavye Suneja Sempat Alami Syok dan Mengurung Diri

Yakni medan darat, udara, laut dan bawah air.

Untuk masa pendidikan Taifib dilakukan selama sembilan bulan dan bertempat di Pusdiksus Kodikmar.

Setelah itu, pendidikan dilanjutkan ke Pusat Pendidikan Pertempuran (Puslatpur) Marinir di Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur.

Baca Juga : Dugaan Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610 Menurut Para Pengamat: dari Gangguan Teknis Hingga Kemungkinan Terjadinya Bird Strike

Selain di Karang Tekok, Korps Marinir juga mempunyai Puslatpur di beberapa kota lainnya.

Sementara untuk program latihan yang harus mereka jalani diantaranya adalah selam kedalaman, selam tempur, infiltrasi bawah air, selam SAR dan pengintaian hidografi.

Bahkan, ada pula materi menembus gelombang.

Baca Juga : Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh, Inilah Jumlah dan Ketentuan Ganti Rugi yang Harus Diterima Korban Kecelakaan Pesawat

Dalam materi ini, para prajurit Taifib harus menaklukkan pantai selatan Jawa yang dikenal dengan gelombang tingginya dengan ketinggian rata-rata 10 meter.

Kemampuan berenang jarak jauh menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki para calon prajurit Taifib.

Moh Habib Asyhad
Moh Habib Asyhad

Paea anggora marinir yang ikut lomba renang di Selat Sunda

Mereka harus bisa menyebrangi teluk Poncomoyo sejauh 12 kilometer.

Baca Juga : 7 Fakta Pencarian Korban Jatuhnya Pesawat Lion Air JT 610: Perintah Presiden Joko Widodo Hingga Basarnas Terjunkan Robot Penyelam

Di sana, para prajurit akan dihadapkan dengan kondisi laut yang mempunyai arus kuat dan gelombang tinggi dengan jarak jauh dan batas waktu yang ditentukan.

Salah satu latihan yang dikenal mengerikan adalah ketika para calon prajurit Yontaifib harus berenang dengan tangan dan kaki terikat.

Hmmm, salut deh buat para Pasukan Prajurit Elite TNI AL ini! (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber intisari online, Tribun Jambi