“Lebih bagus lagi kalau meginap selama satu malam di Kuala Lumpur, bisa jalan-jalan dan belanja di sana,” ujar Safaruddin seraya menyatakan kekesalannya terhadap “kebijakan pemerintah yang sangat tidak prorakyat.”
“Bukannya memberikan layanan khusus kepada rakyat Aceh yang telah menyumbang nenek moyangnya dahulu, Garuda Indonesia malah mencekik masyarakat Aceh.
Padahal banyak obligasi milik rakyat Aceh yang belum mereka bayar dengan berbagai alasan,” tukas Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) ini. (*)