Laporan Wartawan Gridhot .ID, Septiyanti Dwi Cahyani
Gridhot.ID - Harga tiket pesawat kian meroket, harga cabai justru tengah anjlok.
Salah satu wilayah yang mengalami kenaikan harga cabai adalah Banjarnegara , Jawa Tengah.
Dilansir dari Tribun Jateng, anjloknya harga cabai di Banjarnegara saat ini telah menjadi perhatian serius pemerintah.
Baca Juga : Lagi, Menantu Jokowi Selvi Ananda Sukses Curi Perhatian Netizen Lewat Penampilannya yang Sederhana Saat Liburan ke Malang
Mengingat persebaran tanamannya yang cukup luas di beberapa kecamatan.
Pihak Pemkab Banjarnegara pun telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi permasalahan anjloknya harga cabai ini.
Seperti membeli cabai petani dengan harga lebih tinggi hingga menggelar bazar cabai di komplek perkantoran dinas untuk meningkatkan nilai jual cabai petani.
Baca Juga : Hanya dengan Berjualan Nasi Lewat Lubang Tembok, Damiah Mampu Hasilkan 3 Juta Rupiah Setiap Harinya
Tak hanya di Banjarnegara, anjloknya harga cabai ini juga terjadi di Sragen, Jawa Tengah.
Petani cabai di Sragen bahkan sampai memberi menawarkan petik cabai gratis di sawah kepada para tetangga atau siapapun yang membutuhkan cabai.
Hal ini seperti yang dilansir Gridhot.id dari Instagram @sragenkita pada Sabtu (9/2/2019).
View this post on Instagram
Kalangan petani lombok di Kabupaten Sragen merugi karena harga cabai di pasaran jatuh pada musim panen saat ini. Petani bahkan mempersilakan tetangga atau warga lain yang membutuhkan cabai untuk memetiknya sendiri secara gratis di sawah. "Saat habis tanam harga cabai bisa Rp12.000/kg. Sejak sepekan lalu, saya panen. Harga cabai hijau saja hanya laku Rp2.500/kg di Pasar Bunder. Kalau cabai merah harganya hanya Rp3.000/kg," kata Sukirman, 45, petani cabai di Dukuh Bendungan RT 016, Desa Pilangsari, Ngrampal, Sragen. saat berbincang dengan solopos.com dan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen Suratno di sawah Pilangsari, Jumat (8/2/2019) siang. "Saya sampai cari bakul-bakul lainnya. Harga penawaran tertingginya untuk cabai besar hijau Rp3.000/kg dan cabai besar merah Rp4.000/kg,” tambah dia. Sukir, panggilan akrabnya, sampai berkeliling ke warung-warung di kampung atau desa-desa untuk menawarkan cabai hasil panennya. Ia berhasil mendapat harga Rp5.000/kg tetapi permintaannya sedikit. Ia menawarkan kepada tetangga atau petani di lingkungan Desa Pilangsari untuk memetik cabai itu secara gratis kalau hanya untuk membuat sambal di rumah. “Mangga [silakan], Pakde, Mbokde! Menawi ngersake lombok [kalau membutuhkan cabai], silakan petik sendiri gratis. Tawaran seperti itu saja jawabnya masih tak mengenakkan. Walah beli Rp2.000 saja sudah sakumbruk [banyak]. Begitu jawabnya. Iya, kalau memetik kan harus kena lumpur. Kalau beli kan murah dapatnya banyak,” ujarnya. Sukirman menghitung produksinya sudah mencapai Rp8 juta-Rp9 juta. Namun sepekan terakhir, Sukir baru bisa mendapatkan pemasukan Rp1,6 juta. Ia sadar untuk mengejar biaya produksinya saja sangat berat. Ia hanya bisa berusaha menjual cabai semampunya. “Yang penting anak minta jajan masih bisa memberi uang. Keluarga mau makan masih bisa beli. Begitu saja. Daripada saya pikir panjang,” katanya
A post shared by Sragen Kita (@sragenkita) on Feb 9, 2019 at 12:17am PST
Baca Juga : Harga Tiket Pesawat Kian Meroket, Jumlah Penumpang Kereta Api dari Jakarta Terus Melonjak
Jika biasanya para petani bisa menjual cabai dengan harga Rp 12 ribu/ kilogram, kini para petani hanya bisa menjual cabai hasil panenannya dengan harga Rp 2.500 per kilogram untuk cabai hijau.
Sedangkan untuk cabai merah harganya juga hanya Rp 3.000/ kilogramnya.
Saking jatuhnya harga cabai, salah satu petani cabai di Sragen, Sukir, bahkan sampai harus berkeliling di kampung atau desa-desa untuk menawarkan harga panenannya.
Baca Juga : Curhat Pilu Ayah Aldama Putra Usai Putra Tunggalnya Tewas: Kami Butuh Nyawa Anak Kami Kembali Pak Menteri
Dan ia pun berhasil menjual cabainya dengan harga Rp 5.000/ kilogram namun dengan permintaan yang sedikit. (*)
PROMOTED CONTENT
Video Pilihan
Komentar