Selama dua bulan, Wina, Ibukota Austria dikepung oleh tentara Ottoman.
Kemenangan itu hampir jatuh ke tangan Turki.
Namun, karena mendapat bantuan dari Polandia, akhirnya Austria berhasil melawan dan mengalahkan tentara Ottoman.
Pasukan Turki Ottoman pun terpaksa mundur dari pertempuran dan kembali ke negaranya.
Beberapa simbol di atas seolah mengisyaratkan bahwa pelaku memang ingin membangkitkan supremasi kulit putih di Selandia Baru.
Baca Juga : Pernah Hantam Bumi 2.700 Tahun Lalu, Peneliti Sebut Badai Matahari Dapat Ganggu Jaringan HP hingga Listrik
Selama ini, Selandia Baru dikenal sebagai negara paling damai dan memiliki angka toleransi tinggi.
Maka tak heran, jika banyak penduduk dunia yang turut merasa sedih dan kecewa atas kejadian ini.
Sebelumnya telah diberitakan terjadi penembakan secara brutal di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (16/3/2019).
Diketahui penembakan itu dilakukan oleh seorang pria asal Australia bernama Brenton Tarrant.
Baca Juga : Janin Bertahan Hidup di Kandungan Tanpa Air Ketuban, Sang Ibu Malah Menyebut Anaknya Itu Bayi Setan
Dikutip dari AP, pria berusia 28 tahun itu sebelumnya telah menuliskan manifesto setebal 37 lembar untuk melakukan aksinya.
Ia telah merencanakan dan melatih anggotanya untuk menyerang dua masjid di Christchurch.
"Menuju masyarakat baru kita maju pantang mundur dan membicarakan krisis imigrasi massal," demikian salah satu petikan manifesto berjudul "The Great Replacement" itu.
Manifesto itu juga menuliskan bahwa serangan itu adalah balasan untuk para penyerang di Tanah Eropa dan mereka yang memperbudak jutaan warga Eropa.
"Kita harus memastikan eksistensi masyarakat kita dan masa depan anak-anak berkulit putih," demikian bunyi dari manifesto tersebut. (*)
Source | : | kompas,GridHot.ID,Suar.ID |
Penulis | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Editor | : | Septiyanti Dwi Cahyani |
Komentar