Dia direkrut pada pertengahan 2015 oleh polisi moral dari ISIS.
Tugasnya berpatroli di taman-taman kota di Fallujah dan Mosul.
Dengan bersenjatakan senapan serbu AK-47, pistol, dan rompi bahan peledak, dia bertugas memastikan perempuan mematuhi peraturan perilaku dan ketentuan berpakaian.
Pada Januari 2016, beberapa bulan setelah kematian anak Yazidi, Jennifer W. mengunjungi Kedubes Jerman di Ankara untuk mengajukan dokumen identitas baru.
Ketika meninggalkan misinya, dia ditangkap oleh dinas keamanan Turki dan diekstradisi beberapa hari kemudian ke Jerman.
Kurangnya bukti membuat kasusnya tidak dapat ditindaklanjuti.
Jennifer W. diizinkan kembali ke rumahnya di Lower Saxony, Jerman, tapi berupaya terbang ke wilayah ISIS.
Informan FBI
Baca Juga : Gabung ISIS Demi dapat Budak Seks Gratisan, Pria Ini Malah Menyesal Setelah Tahu Kenyataan Sebenarnya
Der Spiegel melaporkan bahwa seorang informan FBI yang berperan sebagai kaki tangan yang menawarkan untuk membawa Jennifer W. kembali ke "kekhalifahan" ISIS, mengobrol dengannya di dalam mobil yang disadap ketika mereka melaju melalui Jerman, menuju Turki.
Diduga kuat, Jennifer W. mengatakan bahwa kematian anak itu adalah "suatu hal yang ekstrim bahkan untuk ISIS" dan tidak adil karena hanya Tuhan yang berhak menggunakan panas sebagai hukuman.