Ia juga pernah menjajal menjadi penjual bubur dan nasi di depan rumahnya, namun usaha tersebut tidaklah cukup untuk menghidupi keluarga.
Hal itu dilakukannya seiring dengan lahirnya anak ketiga. Sementara saat itu, anak pertamanya masih duduk di SMK dan anak kedua SMP.
Pasangan Suratmo dan Wartinah dikarunia tiga anak, anak pertama lahir tahun 1984, anak kedua lahir 1988 dan anak terakhir lahir tahun 2001.
"Anak pertama (lahir tahun) 84, anak kedua 88 anak ketiga itu 2001," ungkapnya, dikutip dariKompas.com.
Penghasilanya berjualan bubur dan nasi yang tidak menentu membuat Suratmo ikut bekerja sebagai tukang bangunan.
Saat menjadi tukang bangunan itu, ia kepikiran untuk membuka warung angkringan.
Uang hasil bekerja sebagai tukang bangunan itulah yang digunakannya sebagai modal awal membuka angkringan.
"Saya beberapa hari jadi tukang itu dapat uang Rp 20.000. Terus saya bilang ke istri, tolong ke pasar beli bahan-bahan, nanti sore saya mau buka angkringan," urainya, dilansir dari Kompas.com.
Keterbatasan ekonomi membuat Suratmo dan Wartinah harus berpikir panjang untuk bisa mencukupi biaya keluarga termasuk bayaran sekolah anak-anak mereka.