Gridhot.ID -Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Wuhan, China segera dipulangkan oleh pemerintah dan hendak dikarantina.
Minggu (2/2/2020), pesawat yang mengangkut 237 WNI dari Hubei telah mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam.
Namun, sebagian besar mahasiswa asal Sulut yang belajar di Cina berasal dari Bolmong Sulawesi Utara, nekat bertahan di Cina.
Informasi yang dihimpun Tribun, 11 mahasiswa Bolmong masih berada di kota Wuhu, yang terpaut 500 kilometer dari Wuhan.
Mereka berada di dalam kampus. Pihak universitas melarang mereka keluar.
Setiap hari kesehatan mereka diperiksa pihak universitas. Awalnya para mahasiswa bebas bicara dengan Tribun.
Kemudian mereka dilarang bicara kepada wartawan. Pihak PT Conch enggan dikonfirmasi soal mahasiswa.
Telepon dan WA tak dibalas juru bicara PT Conch.
Satu satunya konfirmasi datang dari Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta.
"Anak anak mahasiswa tak mau pulang, mereka malah ingin bertahan di Cina," kata Kadis Pendidikan Bolmong Renti Mokoginta.
Sebut Renti, para mahasiswa hingga kini masih aman. Pihak universitas menjamin keamanan mereka.
"Setiap hari mereka diperiksa kesehatan. Kemudian mereka dilarang keluar kampus, makanan mereka dibelikan dosen," kata dia.
Tribun Manado mewawancarai sejumlah orang tua mahasiswa yang namanya enggan dikorankan.
Terkuak alasan mengapa para mahasiswa ini enggan balik indonesia meski keadaan mengancam.
Umumnya mahasiswa memiliki latar belakang miskin. Berada di Cina, menerbitkan harapan untuk mengubah nasib.
Jika ditarik, mereka takut tak kembali lagi. Para mahasiswa agaknya dihinggapi traumakeberangkatan yang berbelit.
"Kami tiap menit nonton televisi yang menyiarkan virus corona, tiap hari pula kami berhubungan dengan anak kami lewat ponsel. Keadaan masih aman, jarak antara kota Wuhu tempatnya menuntut ilmu dan Wuhan adalah 500 kilometer, mereka mendapatkan penjagaan ekstra dari kampus, kami memang sempat khawatir, tapi sekarang tidak," kata seorang wanita yang mengaku tante dari mahasiswa yang kuliah di Cina saat dijumpai Tribun, Sabtu (1/2/2020).
Nama narasumber dan mahasiswa tidak disebut atas permintaan keluarga.
Sebut dia, sang ponakan yang berlatar belakang miskin, sangat ingin melanjutkan kuliah di Cina demi mengubah hidup. Ia khawatir jika sang ponakan dipulangkan tak akan kembali lagi.
"Ia punya tekad baja untuk mengubah hidup, jalan sudah terbuka baginya yakni kuliah di Cina. Kami akan sangat kecewa jika ia kembali ke sini dan ngangur lagi," katanya.
Sebut dia, ayah ponakannya hanyalah sopir, sedang ibunya adalah ibu rumah tangga.
Keduanya bermukim di Manado. Seluruh keluarga terlibat dalam pemberangkatan ponakannya itu yang serba rumit.
"Ia nyaris tak berangkat, tapi kami semua membantu sampai akhirnya ia bisa berangkat, dialah bintang yang akan mengubah hidup kami," kata dia berkaca - kaca.
Tiap hari keluarga menggelar doa bersama agar ponakannya dijauhkan dari virus corona. Pernah dilakukan ibadah khusus untuk ponakannya.
"Kami yakin Tuhan Yesus pasti menjaganya," katanya.
Pernah keluarga shok berat gara gara sang ponakan sakit dengan gejala mirip virus corona.
Kabar yang diperoleh, sang ponakan hendak dibawa ke salah satu rumah sakit khusus.
"Kami waktu itu shok, berdia dengan air mata dan mujizat itu ada, ia hanya sakit biasa, demam karena pergantian cuaca," sebut dia.
Ia yakin mujizat akan datang juga kali ini. Sang ponakan tidak akan dipulangkan meski sudah ada imbauan presiden Jokowi untuk memulangkan mahasiswa di provinsi Hebei.
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul "11 Mahasiswa Asal Bolmong Tertahan di China, Keluarga Gelar Doa Bersama Tiap Hari"