Ketika keadaan sudah mulai tenang, masa di sekitar kemerdekaan, Bapak pindah ke Jakarta. Di situlah saya lahir, pada Jumat Pon.
Mungkin Bapak dan Ibu senang, karena bayi yang ketiga ini perempuan. Weton (sistem hari penanggalan Jawa, Red) saya kebetulan sama dengan Bapak.
Karena itu, berdasarkan adat, saya untuk sejenak "dibuang". Ini adalah upacara yang cukup sederhana, di mana saya untuk sesaat tidak tinggal di rumah, tapi "dibuang" dan dipungut oleh orang lain.
Namun sebentar kemudian saya sudah dikembalikan lagi kepada orangtua. Pokoknya syarat sudah dilaksanakan, sesuai adat.
Bocah nakal
Sekolah Dasar saya di Tarakanita. Demikian pula SMP, di sekolah yang sama. Sekolah tersebut terkenal dengan disiplinnya yang tinggi.
SMA pun saya melanjutkan di sekolah tersebut, tapi hanya sampai kelas 1. Kemudian saya meneruskan ke sekolah lain.
Boleh saya kemukakan, masa itu saya tergolong anak yang tidak bisa diam. Mungkin tepat saya disebut bandel. Dalam arti, nakal, senang main.
Juga, tidak terlalu pintar di sekolah. Buktinya, SMA, saya tidak naik ke kelas 2. Itu sebabnya saya pindah dari Tarakanita.