Maka pada tanggal 15 Januari 1998 ditandatanganilah Letters of Intens (LoI) antara Presiden Soeharto dan Michael Camdessus yang disaksikan oleh para Menteri Orde Baru.
Saat penandatanganan itu terjadilah pemandangan yang dianggap sangat menyakitkan hati rakyat Indonesia.
Camdessus terlihat bersedekap angkuh, melihat lekat ke arah tangan Soeharto yang akan menandatangani LoI tadi, seperti majikan memperhatikan pekerjaan anak buahnya agar cepat selesai.
Sedangkan Soeharto tampak membungkuk menandatangani dana bantuan yang nilainya cukup besar kala itu.
Usai penandatanganan itu maka terjadilah kerusuhan di Jakarta dan Surakarta menyusul dampak krisis moneter.
Namun hanya 14,99 miliar dolar AS saja yang dicairkan oleh pemerintah Indonesia.
Tony Prasetiantono, ekonom Universitas Gadjah Mada menyebut dana bantuan IMF pada tahun 1998 gagal menolong ekonomi Indonesia.
Tony juga menyebut Indonesia tak boleh lagi berhutang kepada IMF.
"Waktu itu, IMF lalai dan kita trauma. Kita nggak mau sekarang berhubungan dengan IMF. IMF sendiri yang dikritik seluruh dunia. Ekonom-ekonom top, termasuk Joseph Stiglitz, juga mengkritik IMF. Jadi, 'malapraktik', memberikan 'obat' yang enggak cocok," ujar Tony pada 2015 lalu seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (11/10).
Source | : | Sosok.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar