GridHot.ID - Australia memiliki hubungan dekat dengan dua negara tetangganya, Papua Nugini dan Timor Leste.Papua Nugini telah mengembangkan hubungan yang jauh lebih dekat dengan Australia daripada dengan Indonesia, satu-satunya negara yang berbatasan darat dengannya. Melansir dari Future Directions, Kamis (24/9/2020), dalam kasus Papua Nugini, laporan ekonomi pemerintah baru-baru ini memperkirakan bahwa, ekonomi akan berkontraksi sebesar tiga persen tahun ini karena Covid-19.Akibatnya, masalah utang Papua Nugini yang sedang berlangsung kemungkinan besar akan meningkat, seperti yang disebutkan dalam sebuah laporan negara.
Baca Juga: Sesumbar Jadi Pahlawan di Balik Kemerdekaan Timor Leste, Kedok Australia Dibalik Pembebasan Timor Leste Terbongkar, Sosok Ini Blak-blakan Bocorkan Kelicikan Negaranya Incar 'Celah Timor'"Penurunan nominal dalam PDB cukup untuk mengangkat rasio utang Anggaran 2020 terhadap PDB dari 40,3 persen menjadi 45,6 persen," tulis laporan itu.Ke depan, dampak Covid-19 diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2021, dengan skenario rasio utang terhadap PDB menjadi lebih dari 55 persen.Mayoritas dari utang tersebut berasal dari China.
Dan mengingat lambatnya pembayaran Papua Nugini, hal itu membuat Papua Nugini terus tercekik utang selama beberapa dekade.Belum lagi, Menteri Polisi negara itu mengatakan bahwa negaranya akan hancur karena ulah instansi kepolisian terlibat dalam korupsi besar, penyelundupan narkoba, penyelundupan senjata, dan pencurian tanah.
Sebuah laporan baru-baru ini yang didanai oleh Pemerintah Australia melalui kemitraan kepolisian Papua Nugini-Australia menyatakan bahwa, kepolisian Papua Nugini secara kronis kekurangan dana.Pemerintah Papua Nugini berada di bawah tekanan anggaran yang ekstrim saat ini, yang telah dihancurkan oleh Covid-19.Dalam anggaran tambahan yang disahkan oleh parlemen, pemerintah telah memotong pengeluaran sebesar 2,3 miliar kina (Rp. 9,54 triliun), serta memperpanjang pinjaman sementara dengan Bank Papua Nugini lima kali lipat.Sementara itu di Timor Leste, penurunan tajam harga minyak awal tahun ini, karena Covid-19, dan perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia, telah menempatkan ekonomi negara itu hancur.
Baca Juga: Benar-benar Tak Punya Malu, Sikap Ngeyel Tiongkok Terus-terusan Senggol Wilayah Perairan Indonesia dapat Sorotan dari Media Australia: China Tuduh Indonesia Lakukan Tipu MuslihatEkonomi Timor Leste yang sebelumnya sudah rentan, kini berada dalam risiko yang lebih besar. Mengingat sektor pendapatan minyak berkontribusi terhadap sekitar delapan puluh persen dari pengeluaran pemerintah.Selain itu, kebuntuan politik membuat pemerintah belum menyetujui APBN 2020, yang berarti negara tersebut harus beroperasi di bawah sistem duo-desimal.Sistem yang sama ini pernah digunakan dan disalahkan atas kontraksi ekonomi Timor Leste pada 2017 dan 2018.Media setempat, The Oekui Post mengatakan, laporan trimestral dari Banco Central Timor Leste (BCTL), baru-baru ini mengumumkan bahwa, jumlah dana perminyakan Timor Leste yang tersimpan di Bank New York sebesar 18,4 miliar dolar AS (Rp 273 triliun)
Baca Juga: Pandangan Soeharto Terhadap Timor Timur: Duri di Mata Australia dan Duri di Punggung Indonesia
Mulai tahun 2021, Pemerintah Timor Leste akan menggunakan uang simpanan itu sebagai kebutuhan belanja negaranya sebesar 1,4 miliyar dolar AS atau Rp 20,77 triliun.Sehubungan dengan hal itu, banyak orang yang mulai berfikir dan prihatin terhadap keberlanjutan kondisi keuangan Timor Leste.Ke depan, Pemerintah Timor-Leste juga menghabiskan sejumlah besar sumber daya untuk proyek Tasi Mane, yang bertujuan untuk membangun fasilitas pengembangan minyak di darat di Timor Leste.Pendanaan yang dibutuhkan untuk proyek semacam itu sangat besar, dengan perkiraan biaya mulai dari 10 miliar Australia (Rp. 105 triliun) hingga 20 miliar Austalia (Rp. 210 triliun).
Baca Juga: Diiming-imingi Australia Proyek 'Tasi Mane', Timor Leste Kena Tipu Daya Negeri Kanguru hingga Terpuruk Pasca Merdeka, Kekayaan Alamnya di Eksploitasi dan Nasib Rakyatnya Makin MemprihatinkanNamun, sampai tulisan ini dibuat, tidak ada investor swasta yang bersedia bergabung dengan proyek tersebut.Bagi Australia, proyek itu mengkhawatirkan, mengingat China menyatakan minatnya dalam proyek tersebut.Pertemuan baru-baru ini antara Menteri Luar Negeri Timor Leste dan mitranya dari China juga membuat kedua belah pihak membahas kerja sama yang lebih dekat dalam Belt and Road Initiative.Hal itu berpotensi memperkuat posisi China sebagai investor untuk Tasi Mane.
Setelah selesai, proyek tersebut akan bertanggung jawab untuk menyediakan sebagian besar kekayaan orang Timor Leste, dan termasuk pembangunan pelabuhan, pembuatan kapal dan fasilitas perbaikan kapal yang terletak sekitar 700 km dari Pelabuhan Darwin.Proyek itu nantinya akan dikelola oleh sebuah perusahaan China di bawah Sewa 99 tahun.Dari kerentanan tersebut, masuknya Pemerintah China ke Papua Nugini dan Timor-Leste semakin diperkuat.Sementara Pemerintah Australia baru-baru ini meminjamkan Rp 1,4 miliar kepada Papua Nugini untuk membantu membiayai kekurangan anggaran.Australia tidak dalam posisi yang kuat secara finansial untuk membantu lebih jauh terhadap Ekonomi negara itu.Selain itu, memiliki hubungan perdagangan buruk dengan China, Pemerintah Australia mungkin akan ditekan untuk tidak bertindak 'ringan tangan' dalam berurusan dengan tetangga dekatnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul "Australia Mulai Enggan Membantu Dua Tetangganya Karena Terseret Dalam Utang dan Investor dari China"(*)