Setelah pengumuman tersebut, masalah yang diprediksi bakal timbul yakni protes dari negara-negara ASEAN khususnya.
Seperti diketahui, Aprilia yang juga anggota TNI itu telah membela Timnas voli Putri dia SEA Games 2013, 2015 dan 2017.
Saat membela Timnas Voli Putri Aprilia menorehkan prestasi yakni medali perunggu SEA Games 2013 Myanmar dan SEA Games 2015 Singapura dan medali perak SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia.
“Ini kan peristiwa ini beberapa hari. Sampai sekarang belum ada protes dari negara lain terkait kejuaraan internasional. Lihat perkembangannya. Waktu SEA games yang lalu, Singapura (2015) seluruh tim menerima keputusan panitia,” kata Ketua Bidang III Kompetisi dan Pertandingan PP PBVSI, Hanny S Surkatty, Kamis (11/3/2021).
“Jadi Untuk antisipasi, posisi menunggu. Apabila ada protes atau apa, kita akan berbicara dengan KOI dan panitia SEA Games, badan asia untuk olahraga,” jelasnya.
Hanny meyakini apa yang kini dialami Aprilia bukan lah kesengajaan. Terlebih sejak dilahirkan Aprilia adalah seorang wanita.
Bahkan Aprilia juga dinyatakan wanita pada pemeriksaan sebelum ikut SEA Games.
“April tidak ada faktor kesengajaan. Dia tidak tahu sebenarnya laki. Dari lahir, keluarga, dokumen negara, yakin dia perempuan. Itu dia sendiri tidak tahu,” kata Hanny.
“Kemudian April waktu di SEA Games di Singapura yang menentukan bukan kita atau negara lain, tapi panitia SEA games. Keabsahan dari panitia. Sehingga kita yakin dia perempuan,” pungkasnya.
Hanny melanjutkan apa yang dialami Aprilia baru kali pertama terjadi di dunia olahraga dan apabila ada protes, maka akan jadi pembelajaran baru.
(*)