Gridhot.ID - Penyebaran Covid-19 di India semakin tak terkendali.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, pertemuan massal, rendahnya tingkat vaksinasi, dan varian baru virus corona yang ganas menyebabkan kasus Covid-19 di India melonjak parah.
Dilansir Kompas.com, WHO menyebutkan, kombinasi ketiga penyebab tersebut menjadi "badai sempurna" yang membuat gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India.
Pada Sabtu (1 Mei) mencatat lebih dari 400.000 kasus baru virus corona dalam 24 jam untuk pertama kalinya, juga negara pertama yang memiliki kasus harian sebanyak itu
Sehingga, total kasus virus corona di India sejak pandemi dimulai sudah tercatat sebanyak 19,1 juta kasus.
Beredar di sosial media foto dan video yang menunjukkan keparahan virus Covid 19 di India.
Seperti habisnya oksigen dan rumah sakit yang penuh dengan lautan manusia.
Kondisi tersebut tentu membuat warga India stress, termasuk para tenaga medisnya.
Bahkan, baru-baru ini terdengar kabar duka atas gugurnya dokter muda India lantaran stres.
Dokter tersebut bunuh diri setelah depresi menangani lonjakan pasien setiap harinya.
Ialah Vivek Rai, seorang dokter residen di rumah sakit swasta di Dehli, India.
Vivek Rai mengalami depresi setelah menangani 7-8 pasien kritis setiap harinya di rumah sakit.
Kabar duka tersebut disampaikan oleh mantan kepala Asosiasi Media India (IMA) Dr. Ravi Wenkhedkar lewat akun Twitter pribadinya.
“Dia adalah seorang dokter yang sangat brilian dari Gorakhpur (Uttar Pradesh) dan membantu menyelamatkan ratusan nyawa selama pandmi,” kata Dr. Ravi dikutip dari NDTV, Minggu (2/5/21).
Menurut penuturan Ravi, dr. Vivek Rai sebelumnya telah merawat pasien Covid 19 si rumah sakit swasta selama satu bulan terakhir.
Dokter muda tersebut kemudian mengalami depresi setelah pasien kritris melonjak.
“Karena situasi yang membuat dia frustasi, dia mengambil keputusan yang sulit untuk mengakhiri hidupnya sendiri daripada hidup dengan penderitaan dan emosi orang-orang yang meninggal dalam pantauannya,” sambung dr. Ravi.
Menurut dr. Ravi, meninggalnya dokter Vivek ini merupakan dampak dari buruknya sistem penanganan Covid 19 di negaranya.
“Kematian seorang dokter muda ini tidak lain adalah pembunuhan oleh ‘sistem’ yang telah menciptakan frustasi terhadap kekurangan fasilitas kesehatan dasar,” terang Ravi.
“Ilmu pengetahuan yang buruk, politik yang buruk, dan pemerintah yang buruk,” imbuhnya.
Jenazah dokter Vivek kemudian dibawa ke AIIMS untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.(*)
Source | : | Kompas.com,NDTV,Twitter |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar