Gridhot.ID- Taliban kini sedang berada di atas angin usai berhasil menguasai Afganistan.
Mereka bebas berkuasa dan akan membentuk pemerintahan baru.
Hal ini pun menarik negara-negara dan kelompok-kelompok luar untuk mengambil kesempatan bergabung.
Dilansir dari Kontan.co.id, hanya berselang 4 hari setelah pasukanAmerika Serikat resmi tinggalkan Afghanistan, China mendadak jadi'mitra paling penting' bagi Taliban.
Hal itu disampaikan oleh juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Zabihullah Mujahid mengatakan kepada surat kabar Italia La Repubblica bahwa kelompok militan akan bergantung, terutama pada keuangan dari China.
"China adalah mitra kami yang paling penting dan merupakan peluang fundamental dan luar biasa bagi kami," kataZabihullah Mujahid seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (4/9/2021).
"Ini karena karena mereka siap untuk berinvestasi dan membangun kembali negara kami."
Dia juga mengatakan minggu ini bahwa dia berharap China akan memberikan pintu gerbang bagi Afghanistan ke pasar global.
“China adalah mitra utama kami dan bagi kami, ini merupakan peluang fundamental dan luar biasa."
"Sebab mereka siap untuk berinvestasi dan merekonstruksi negara kami."
“Kami sangat menjunjung tinggi proyek One Belt One Road yang akan berfungsi untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra kuno.
“Di luar itu, kami memiliki tambang tembaga yang kaya yang berkat China dapat diproduksi kembali dan dimodernisasi.”
Sebelum batas waktu 31 Agustus penarikan pasukan AS, isu Taliban bersekutu dengan China sempat muncul ke permukaan.
Tapi saat itu kedua negara tidak merespon.
Kini, setelah Negeri Paman Sammengakhiri 20 tahun intervensi militer AS, Taliban akhirnya angkat bicara.
Baca Juga: Hot News! Putra Sulung Kiwil Rela Jadi Tukang Ojek, Rohimah Ngaku Hidup Susah Usai Tak Dapat Nafkah
China diketahui mengambil bagian dalam proyek investasi dan infrastruktur dengan inisiatif Jalur Sutra Baru.
Tetapi Afghanistan harus membuktikan stabilitasnya sebelum Beijing meningkatkan investasi di kawasan itu.
Andrew Small, rekan transatlantik senior dengan program German Marshall Fund dari Amerika Serikat Asia, menggemakan sentimen ini tentang ketergantungan bantuan China.
“China tidak melakukan bantuan skala besar."
"Mereka akan memberikan bantuan secara sederhana."
"Bantuan itu lebih soal bantuan kemanusiaan dan tidak akan menyelamatkan pemerintah baru."
“China mungkin melakukan beberapa investasi skala kecil."
"Tetapi investasi jangka panjang itu akan bergantung pada stabilitas yang cukup di negara ini dan keamanan yang cukup untuk berubah."
China memang memiliki hubungan lama dengan Taliban setelah berinvestasi besar-besaran di Afghanistan pada 1990-an ketika kelompok militan itu menguasai wilayah tersebut.
Kedua negara juga berbagi perbatasan internasional yang sempit.(*)