GridHot.ID - Di balik megahnya Masjid Raya Sheikh Zayed ternyata menyimpan cerita memilukan.
Ternyata selama dua tahun pengerjaan, ada warung yang diutangi pekerja proyek sampai Rp 145 juta.
Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka pun geram dengan pekerja proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo yang masih punya utang makan.
Melansir Tribunsolo.com, Masjid Raya Sheikh Zayed telah dibuka untuk umum pada 28 Februari 2023 lalu.
Namun, hingga kini pekerja proyek yang berutang di warung makan Restu Bunda belum terbayarkan.
Lokasi warung makan Restu Bunda ini ada di sekitar kawasan masjid tersebut. Total utang makan mereka mencapai Rp145 juta.
Pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (38) mengaku harus menjual perhiasan yang dimilikinya agar bisa kulakan dan menjalankan warungnya.
"Ya sedikit demi sedikit. Apa yang ada dijual dulu. Yang punya perhiasan dijual dulu untuk gali lubang tutup lubang," jelasnya saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (16/3/2023).
Para pekerja yang berutang di bawah tiga mandor.
Di antaranya mandor berinisial N yang memiliki hutang Rp65 juta.
Lalu G yang berhutang Rp50 juta. Mereka sama-sama berasal dari Demak.
Ada pula mandor berinisial G yang juga memiliki utang Rp30 juta. Ia berasal dari Purwodadi.
Selama proyek ia melayani makan para pekerja proyek di bawah 3 mandor.
Ia sempat menolak karena tidak sanggup melayani semuanya.
"Sebenarnya 6. Maaf kalau saya harus nyukupin 6 mandor saya tidak bisa. Tolong dibagi warung. Yang 3 dibagi warung dekat bengkel," jelasnya.
Ia mendengar, pembayaran proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed tersendat.
Bahkan tidak hanya uang untuk makan para pekerja di warungnya.
Gaji para pekerja juga banyak yang belum terbayar.
"Karena pembayaran kepending. Mereka mengajukan Rp 10 juta mereka nerima Rp 8 juta. Ada juga dikasih Rp 200.000," jelasnya.
Bahkan ada yang hanya dibayar sangat sedikit dari yang seharusnya.
"Mereka lembur sampai jam 11 malam tidak terbayarkan. Yang paling parah sekian puluh juta cuma dikasih Rp 200.000," terang Dian.
Selama dua tahun lebih utang itu tak terbayarkan.
Sampai saat ini ia berusaha menagih ke para mandor.
"Dua tahun lebih. Dibagi untuk material, tenaga, untuk warung. Mandornya sendiri mau pulang ke rumah aja takut enggak bawa uang," jelasnya.
Dilansir dari Kompas.com, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka geram dengan pekerja proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo yang masih punya utang makan di warung Restu Bunda milik Dian (38).
Jumlah utangnya tidak tanggung-tanggung yakni mencapai Rp 145 juta selama dua tahun pengerjaan masjid.
Putra sulung Presiden Jokowi memberikan tenggang waktu kepada pekerja proyek yang masih punya tanggungan utang di warung makan tersebut supaya segera melunasinya.
"Segera (lunasi). Minggu inilah ya (sudah selesai). Mesakke duwit semono ya (kasihan uang segitu) ," kata Gibran ditemui seusai menghadiri pelantikan pengurus Bapilu DPC PDI-P Solo di Taman Bandar Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Kamis (16/3/2023) malam.
Dia pun menyebut bahwa utang Rp 1 juta saja bisa membuat warung makan tutup, apalagi hingga ratusan juta rupiah.
"Itu kan warga kita. Warga asli Gilingan. Mesakke noh diutangi semono ya (kasihan diutangi segitu). Warung di-boni Rp 1 juta wis ambruk, ini Rp 100 juta (warung diutangi Rp 1 juta bisa tutup, ini Rp 100 juta)," terang Gibran.
Gibran menyampaikan berdasarkan keterangan pihak rekanan sebenarnya pekerja proyek sudah diberikan uang makan.
"Dari Waskita sudah menyelesaikan kewajibannya. Enggak tahu itu mandore ya. Pokok e digoleki (pokoknya dicari)," jelas Gibran.
Seandainya tidak ada itikad baik pekerja proyek untuk segera melunasi utang tersebut, ayah Jan Ethes Srinarendra berjanji akan mencari mereka.
"Ya tak parani wonge (ya saya datangi orangnya). Wis ono CP-ne (sudah ada kontaknya)," ucap dia.
Diberitakan sebelumnya, sebuah warung mengaku diutangi pekerja proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Solo selama dua tahun pengerjaan, dengan nilai mencapai Rp 145 juta.
Pemilik warung makan Restu Bunda, Dian (38) mengungkapkan, para mandor awalnya menjanjikan uang makan dibayar tiap dua minggu sekali.
Namun, pembayaran beberapa kali terlambat. Hingga, uang makan itu tak pernah dibayarkan sampai proyek pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo selesai.
"Perjanjiannya tiap dua minggu terbayarkan. Sedangkan dari sisi mandornya perusahaannya enggak on-time. Bahkan terkadang 4 minggu sekali baru dibayarkan," terangnya.
Dia menuturkan, para pekerja proyek itu berutang di bawah tiga mandor. Pertama mandor N yang mempunyai utang Rp 65 juta.
Kemudian mandor berinisial G yang berutang Rp 50 juta. Keduanya disebut berasal dari Demak.
Terakhir adalah mandor inisial G, asal Purwodadi, yang masih nombok uang makan hingga Rp 30 juta.
"Kemarin kasusnya banyak mandor-mandor ngeluh dipending. Bayaran sekian hanya menerima sekian persen. Mandor harus cari kekurangan dari mana," tuturnya. (*)
Source | : | tribunsolo.com,Kompas.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar