"Bidang puing-puing di sini konsisten dengan (hasil atau akibat) ledakan dahsyat kapal," kata Mauger.
Bahkan sebelum konferensi pers Coast Guard, OceanGate mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tidak ada yang selamat di antara lima orang yang berada di dalam Titan, termasuk pendiri dan kepala eksekutif perusahaan, Stockton Rush, yang mengemudikan kapal selam itu.
Empat orang lainnya adalah miliarder dan penjelajah Inggris, Hamish Harding (58); pengusaha kelahiran Pakistan, Shahzada Dawood (48), dan putranya Suleman (19), keduanya berkewarganegaraan Inggris; dan ahli kelautan Prancis dan pakar Titanic terkenal, Paul-Henri Nargeolet (77), yang telah mengunjungi bangkai kapal tersebut puluhan kali.
"Orang-orang ini adalah penjelajah sejati yang memiliki semangat petualangan yang berbeda, dan hasrat yang mendalam untuk menjelajahi dan melindungi lautan dunia," kata perusahaan tersebut.
"Hati kami bersama lima jiwa ini dan setiap anggota keluarga mereka selama masa yang tragis ini," tambahnya.
Tim penyelamat dari beberapa negara telah menghabiskan waktu berhari-hari untuk memindai ribuan mil persegi lautan lepas dengan pesawat dan kapal untuk mencari tanda-tanda keberadaan Titan.
Kejadian ini menimbulkan pertanyaan, mengapa jasad para penumpang kapal selam wisata Titanic tidak langsung mengambang di permukaan air laut?
Kejadian ini hampir serupa dengan kecelakaan KM Sinar Bangun yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 lalu.
Dikutip Gridhot dari Warta Kota, sekitar 164 korban dari kecelakaan KM Sinar Bangun pada tahun 2018 lalu masih berada di bawah air dan sulit dievakuasi.
Berdasarkan keterangan dokter forensik UI, jasad para korban tenggelam yang tidak mengapung diakibatkan karena temperatur air yang sangat dingin.
Akibatnya, jasad menjadi lebih lama membusuk sehingga tidak mengapung ke atas.