Kemudian pada 10-11 Mei 2024, amplitudo dari gempa tremor menerus Gunung Slamet bahkan mencapai 7 milimiter.
Karena itu, pada Jumat (10/5/2024), Badan Geologi mengeluarkan siaran pers mengenai peningkatan aktivitas kegempaan gunung tersebut.
Karena adanya peningkatan aktivitas tersebut, Badan Geologi akhirnya mengeluarkan rekomendasi untuk menutup jalur pendakian.
Tyas menjelaskan bahwa gempa embusan merupakan tanda adanya material gunung berapi menuju ke permukaan yang secara visual berbentuk asap.
“Hal ini harus diwaspadai karena gempa embusan merupakan salah satu tanda erupsi di gunung api,” ucap Tyas.
Peningkatan gempa embusan yang berujung letusan gunung api pernah terjadi di Gunung Tangkuban Parahu pada 2019.
Untuk gempa tremor menerus, hal tersebut merupakan tanda adanya pergerakan fluida yang menuju ke permukaan.(*)