Find Us On Social Media :

Begini Kata Raja Salman Soal Pembunuhan Jurnalis Jamal Khashoggi

Raja Salman Abdulaziz dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (dua di sisi kanan) saat mene

GridHOT.id - Raja Salman dari Arab Saudi untuk pertama kalinya berpidato pasca-kasus pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Dalam pidato tahunannya di Dewan Syuro Saudi, Raja Salman tak secara langsung menyinggung kasus yang menjadi sorotan dunia dalam sebulan terakhir.

Baca Juga : Detik-detik Penggrebegan Rumah Angel Lelga Oleh Vicky Prasetyo

Diwartakan AFP Senin (19/11/2018), raja berusia 82 tahun itu mengatakan bahwa Kerajaan Saudi dibentuk berdasarkan nilai Islam akan keadilan dan kesetaraan.

Tanpa menyebut kasus Khashoggi, dia memuji sistem peradilan dan penegakan hukum yang tengah dilaksanakan negeri kaya minyak itu.

"Kami memastikan negara ini tak akan melenceng dari penerapan hukum Tuhan tanpa mendiskriminasi siapapun," terang Raja Salman.

Dia juga memuji Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman ( MBS) yang dianggap sukses dalam melaksanakan reformasi di bidang ekonomi.

Baca Juga : Muzdalifah Bukan Hanya Punya Rumah Mewah, Tapi Punya Masjid Mewah

Reformasi ekonomi itu, kata Raja Salman, bertujuan memberi lapangan pekerjaan bagi generasi muda Saudi dan mempersiapkan Saudi pasca-era minyak mentah.

Televisi Al-Arabiya melaporkan MBS bakal menghadiri pertemuan G20 di Argentina. Kunjungan luar negeri pertamanya sejak kasus pembunuhan Khashoggi.

AFP mewartakan, hanya Raja Salman yang bisa menghentikan MBS di mana saat ini dia tengah menghadapi tekanan internasional buntut kasus Khashoggi.

Namun, raja yang naik takhta pada 23 Januari 2015 itu telah berulang kali menyiratkan keputusan tak akan mendongkel putranya.

Baca Juga : Gemas! Dibawa Liburan ke Swiss, Sekala, Putra Ayudia Bing Slamet dan Ditto Makan Sereal Pakai Tangan

Kristian Ulrichsen, peneliti dari Institut Baker berujar, MBS telah memberi pesan kepada dunia bahwa apapun pandangan maupun perkataan mereka tak bakal mengubah kebijakan Saudi.

"Secara efektif, dia menantang komunitas internasional untuk memberikan tindakan, dan bertaruh mereka tak bakal melakukannya," kata Ulrichsen.

Khashoggi dibunuh pada 2 Oktober lalu di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, ketika hendak mengurus dokumen pernikahan dengan tunangannya, Hatice Cengiz.

Awalnya Riyadh bersikukuh jurnalis berusia 59 tahun itu telah meninggalkan gedung, sebelum mengakui dia dibunuh di dalam konsulat.

Baca Juga : Gara-gara Foto Selfie Pria Ini Tidak Jadi Dihukum 99 Tahun

Dalam keterangan resmi pekan lalu, Saudi menyatakan tim beranggotakan 15 orang datang ke Istanbul untuk membawa pulang Khashoggi.

Namun karena tidak mau, lima orang menangkap Khashoggi, mengikatnya, dan menyuntikkan obat bius dosis tinggi hingga dia tewas.

Setelah itu jenazahnya dimutilasi dan diserahkan ke seorang agen yang sudah menunggu di luar gedung. Riyadh berkata telah menahan 21 orang yang ada hubungannya dengan kasus tersebut.

Kantor Jaksa Saudi menjelaskan lima orang di antaranya bakal dituntut hukuman mati karena dianggap sebagai sosok yang merencanakan dan melakukan pembunuhan.

Adapun kolumnis harian Turki Hurriyet, Abdulkadir Selvi, menuturkan klaim Saudi bahwa Khashoggi disuntik hingga tewas tidak tepat.

Sebab satu dari dua rekaman yang diperoleh penyelidik Turki memperdengarkan suara Khashoggi memohon dilepaskan karena dia dicekik. (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Baca Juga : Kabar Baik! Hukuman Baiq Nuril Ditunda Hingga Putusan PK

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Begini Ucapan Raja Salman