Find Us On Social Media :

Mengaku Tertarik dengan Dunia Tulis Menulis Sejak Kelas 3 SD, Ternyata Cita-cita NH Dini Jadi Seorang Masinis

NH Dini, Novelis yang meninggal akibat kecelakaan di Jalan Tol Semarang

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Sastrawan tiga zaman, NH Dini baru saja menghembuskan napas terakhirnya pada hari ini, Selasa (4/12/2018).

Ya, novelis NH Dini meninggal dunia akibat sebuah kecelakaan di ruas Jalan Tol Tembalang Kilometer 10, Kota Semarang.

Dilansir dari Kompas.com, saat ini jenazah NH Dini masih berada di kamar jenazah RS Elisabeth Semarang.

Kabar meninggalnya NH Dini dibenarkan oleh Kepala Humas RS Elisabeth, Probowati Condronegoro.

Baca Juga : 3 Potret Anggunnya Anna Maria, Ibunda Gading Marten dalam Balutan Kebaya Tradisional dan Modern

Ia menjelaskan bahwa NH Dini meninggal karena kecelakaan mobil di jalan tol Semarang.

"Beliau meninggal dunia pukul 16.30 WIB saat berada di IGD rumah sakit Elisabeth," ujarnya.

Sementara dikutip dari Tribun Jateng, penulis Pada Sebuah Kapal ini meninggal setelah mendapat luka pada kepala dan kaki kanannya.

Lalu, bagaimana perjalanan karier NH Dini?

Baca Juga : Deretan Fakta Egianus Kogoya, Pemimpin KKB yang Diduga Membunuh 31 Pekerja Pembangunan Jembatan di Nduga, Papua

Mengutip dari Wikipedia, pemilik nama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin ini mengaku mulai tertarik menulis sejak ia duduk di bangku kelas tiga SD.

Sastrawan, Novelis sekaligus feminis Indonesia ini merupakan wanita kelahiran Semarang, 29 Februari 1936.

Meninggal di usia 82 tahun, tentunya sudah banyak karya yang diciptakan NH Dini.

Sejak duduk di bangku SD, NH Dini gemar menulis di buku-buku pelajarannya.

Baca Juga : Deretan Fakta Egianus Kogoya, Pemimpin KKB yang Diduga Membunuh 31 Pekerja Pembangunan Jembatan di Nduga, Papua

Tulisan-tulisan di buku pelajarannya itu tak lain merupakan ungkapan pikiran dan perasannya sendiri.

NH Dini sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hatinya.

Bagi putri pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah ini, ibunya cukup membawa pengaruh besar dalam membentuk watak dan pemahamannya terhadap lingkungan.

Ibunya yang merupakan seorang pembatik selalu bercerita pada NH Dini tentang a[a yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya.

Baca Juga : Kisah Pengemudi Sepeda Motor yang Selamat dari Serangan KKB di Papua karena Pura-pura Mati

Meski tumbuh menjadi novelis, rupanya cita-cita menjadi seorang penulis tak pernah ada di benak NH Dini.

Ia justru bercita-cita menjadi seorang masinis atau sopir lokomotif.

Sayangnya, cita-cita itu harus kandas lantaran NH Dini tak menemukan sekolah bagi calon masinis Kereta Api.

Akhirnya, NH Dini pun menjadi penulis yang memang sesuai dengan kemampuannya menyampaikan cerita.

Baca Juga : Cantik dan Kaya Raya, Nia Ramadhani Iri Kepada Model Victoria Secret

Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah.

Pada saat itu, NH Dini sudah mulai mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerpennya.

NH Dini menulis sajak dan prosa berirama ketika usianya masih 15 tahun.

Saat itu, NH Dini juga membacakan karyanya di RRI Semarang.

Baca Juga : Daftar Uang Kertas yang Bulan Depan Sudah Tidak Laku, Tukarkan Segera Sebelum 31 Desember 2018

Sejak itu, NH Dini mulai rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunar Mekar.

Penulis kelahiran Semarang ini juga pernah meraih penghargaan SEA Write di bidang sastra dari Pemerintah Thailand.

Selamat jalan, NH Dini. (*)