Find Us On Social Media :

Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, OPM Kerap Serang Freeport untuk 'Cari Perhatian'

Kombatan TPNPB anak buah Egianus Kogeya

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Tragedi pembantaian yang menewaskan sejumlah pekerja pembangunan jembatan di Nduga, Papua hingga kini masih menjadi sorotan publik.

Peristiwa berdarah itu dilakukan oleh sekelompok separatis Papua yang bernama Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Nama Egianus Kogoya disebut-sebut sebagai pemimpin dari KKB yang melakukan pembantaian tersebut.

Hingga kini, tim gabungan TNI dan Polri masih terus melakukan pengejaran anggota KKB yang masih bersembunyi di hutan.

Baca Juga : Kata Wiranto Soal KKB di Nduga, Papua: Kita Kejar, Kita Habisi Mereka!

Berdasarkan penyelidikan, pembantaian ini terjadi karena salah satu pekerja yang ketahuan mengambil gambar KKB saat gelar HUT Organisasi Papua Merdeka alias OPM.

Banyak kalangan menyebut KKB adalah kelompok yang berafiliasi dengan OPM sebagaimana dikutip dari Suar.id.

Bagi sebagian orang, istilah OPM atau Organisasi Papua Merdeka mungkin masih terdengar begitu asing.

Lalu, siapa sebenarnya OPM dan apa yang mereka inginkan?

Baca Juga : Polisi Pastikan Senjata KKB Berasal dari Papua Nugini dan Filipina

Melansir dari Intisari Online, berikut adalah penjelasan singkat tentang OPM.

Pada 1960-1963 terjadi konflik bersenjata antara militer Indonesia (TNI) dan militer Belanda untuk memperebutkan Irian Jaya (Papua).

Konflik militer dalam skala besar nyaris pecah setelah RI mengerahkan pasukannya secara besar-besaran (Operasi Jaya Wijaya) demi menggempur pasukan Belanda.

Sebelum konflik pecah dalam bentuk peperangan secara terbuka, Belanda memilih menyerahkan Irian Barat secara damai melalui PBB pada 1 Mei 1963.

Baca Juga : 3 Anggota KKB Tewas Ditembak TNI-Polri dalam Operasi Pengejaran Kelompok Separatis Papua

Namun, sebelum menyerahkan Irian Barat ke pangkuan RI, Belanda telah melakukan langkah licik dengan secara diam-diam membentuk negara boneka Papua.

Belanda bahkan membentuk pasukan sukarelawan lokal bernama Papua Volunteer Corps ( PVC) yang sudah terlatih baik dan sempat bertempur melawan pasukan RI ketika melancarkan Operasi Trikora.

Ketika Belanda menyerahkan Irian Barat, secara sengaja Belanda rupanya tidak membubarkan negara boneka Papua yang saat itu dipimpin warga lokal .

Pasukan PVC juga tidak dibubarkan dan banyak di antaranya yang masuk ke hutan.

Baca Juga : Digiring dengan Kondisi Tangan Terikat Hingga Disekap Tanpa Busana Pada Suhu Dingin, Berikut 4 Rentetan Kekejaman KKB terhadap Pekerja di Nduga

Mereka kemudian membentuk pasukan perlawanan (pemberontak) yang kemudian dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Pada tahun 1964-1967 OPM bersama 14.000 warga di bawah pimpinan Lodewijk Mandatjan masuk hutan di daerah Kepala Burung dan melancarkan pemberontakan bermodal senapan-senapan tua peninggalan PD II.

Pada 28 Juli 1965, terjadi serangan ke asrama Yonif 641/ Cenderawasih Manokwari sehingga mengakibatkan tiga anggota TNI gugur dan empat lainnya luka-luka.

Tahun 1967 pasukan baret merah RPKAD (sekarang Kopassus) pun diturunkan untuk menangani pemberontakan dan kekacauan dengan cara pendekatan perang serta non perang.

Baca Juga : Adiknya Nyaris Jadi Korban Penembakan KKB di Nduga, Papua, Maspupah Berharap Irawan Maulana Segera Pulang dan Berkumpul Bersama Keluarga

Tapi pendekatan non perang yang dilakukan secara persuasif dengan cara menghargai adat istiadat setempat ternyata lebih berhasil.

Mandatjan bersama semua pengikutnya pun keluar hutan dan secara suka rela mau bergabung dengan NKRI.

Pendekatan persuasif terus dilakukan TNI ketika terjadi gangguan keamanan di Papua hingga saat ini.

Para pengacau keamanan di Papua umumnya masih membawa-bawa nama OPM ‘warisan’ Belanda agar mendapat perhatian secara internasional.

Baca Juga : Kisah Perjuangan Pasukan TNI Taklukkan Puncak Kabo untuk Evakuasi Korban Keganasan KKB, Baku Tembak dan Harus Lewati Medan Berat

Mereka juga kerap menyerang para pekerja freeport dalam upaya ‘cari perhatian’.

Tapi pemerintah RI tidak mau terkecoh dan menyebut para pengacau keamanan itu sebagai Kelompok Keriminal Bersenjata (KKB) saja.

Penanganannyapun diupayakan secara persuasif dan hanya mengerahkan polisi dan bukan merupakan operasi militer.

Apalagi motivasi KKB melakukan tindakan kriminal adalah karena masalah ekonomi, bukan politik.

Baca Juga : Kisah Pengemudi Sepeda Motor yang Selamat dari Serangan KKB di Papua karena Pura-pura Mati

Untuk itu, Pemerintah RI pun telah berupaya membangun Papua sehingga mengalami perbaikan secara ekonomi termasuk ‘memanfaatkan’ saham Freeport demi membangun Papua. (*)