Find Us On Social Media :

Panik Hingga Turun ke Jalan Akibat Kabar Tsunami, Warga Anyer: Cari Berita yang Bener

Tsunami menerjang pantai di sekitar Selat Sunda, khususnya di Kabupaten Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang, pada Sabtu (pada 22/12/2018) sekitar pukul 21.27 WIB

Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan

GridHot.ID - Kabar terjadinya tsunami di Anyer menyebar pada Sabtu (22/12/2018).

Dikabarkan air laut tiba-tiba pasang hingga menyeret mobil-mobil yang ada di pesisir.

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut bahwa tak ada tsunami malam tadi melalui laman Twitter resminya, @infoBMKG.

BMKG menyebut yang terjadi di Anyer dan sekitarnya bukan tsunami karena aktivitas seismik gempa.

Baca Juga : 5 Fakta Penemuan Puluhan Kerangka Diduga Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Lalu, Jenazah Terbalut Plastik

Warga juga dihimbau agar tetap tenang.

Pada kenyataannya, warga Anyer dan sekitarnya tentu sempat panik menghadapi fenomena yang terjadi di hadapannya.

Salah satu netizen di Twitter, @gillsevensense membalas cuitan BMKG dengan sebuah video.

Dalam video tersebut nampak perekam sedang menaiki mobil dan duduk di kursi depan samping sopir.

Baca Juga : 45 Jenazah Korban Tsunami Aceh 14 Tahun Silam Ditemukan Saat Hendak Menggali Lubang Untuk Septic Tank

Ia merekam kekacauan yang terjadi di jalanan yang disusurinya.

Keadaan kacau balau, kendaraan melaju serampangan.

Bahkan orang yang merekam video sempat menyebutkan terjadi kecelakaan di jalan.

Baik sepeda motor maupun mobil melaju kencang dan menyalip satu sama lain terburu-buru.

Baca Juga : Gelar Konser di Indonesia, Grup Band Metal Megadeth Lelang 2 Gitar untuk Bantu Korban Gempa Donggala dan Tsunami di Palu

Kesimpangsiuran berita juga menjadi penyebab kepanikan warga makin parah.

"Cari berita yang bener ini (harusnya)..." ucap perekam video.

Sebelumnya BMKG menyebut bahwa yang terjadi di Anyer merupakan gelombang pasang.

Karena sedang bulan purnama, secara otomatis gelombang pasang lebih tinggi dari biasanya.

Baca Juga : Tak Berkaitan dengan Sesar Gempa atau Patahan Surabaya, Sutopo Sebut Penyebab Amblesnya Jalan Gubeng Surabaya Karena Hal Ini

Namun, Minggu (23/12/2018), BMKG memberikan update terbaru mengenai fenomena yang terjadi di Anyer.

Gelombang pasang di Anyer dan sekitarnya memang bukan tsunami karena aktivitas gempa tektonik, tulis BMKG.

Meski begitu, setelah mendapat data dari Badan Geologi, fenomena alam tersebut diduga tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau.

BMKG akan melakukan verifikasi lanjutan mengenai fenomena ini.

Baca Juga : Gelombang Gempa Misterius Merambat Sejauh 17 Ribu Kilometer, Hampir Tak Ada Manusia yang Merasakannya

Sementara itu dilansir dari Kompas.com, Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan fenomena tersebut bukan tsunami.

"Gelombang naik cukup besar juga bersamaan dengan kencang. Fenomena ini disebabkan oleh adanya gelombang pasang. Apalagi saat ini sedang bulan purnama sehingga menyebabkan permukaan air laut naik," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Pernyataan BNPB didasarkan pada laporan BMKG bahwa tidak ada gempa besar yang dapat membangkitkan tsunami, baik gempa di sekitar Selat Sunda maupun di Samudera Hindia.

"Jadi fenomena yang ada saat ini bukan tsunami. Tidak ada tsunami di wilayah Indonesia saat ini," kata Sutopo.

Baca Juga : Jalan Terbelah Hingga Bangunan Hancur, Berikut Penampakan Kota Alaska Setelah Diguncang Gempa 7.0 Magnitudo

Fenomena gelombang pasang ini juga tidak ada hubungannya dengan erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Sejak tadi pagi memang terjadi erupsi, namun erupsi kecil yang tidak menimbulkan pengaruh kenaikan gelombang air laut," kata Sutopo.

Hasil pengamatan BMKG menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.

Hingga Minggu (23/12/2018) pukul 04.30, tercatat 20 orang meninggal dunia, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak.

(*)