Video: Letusan Gunung Anak Krakatau Pasca Tsunami Banten, BPPT Sebut Bagian Selatan Longsor Sekitar 64 Hektar

Senin, 24 Desember 2018 | 13:20
Instagram/didikh.017

Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018)

Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan

GridHot.ID - Tsunami yang melanda Anyer, Banten, Pandeglang dan Lampung diduga disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau berada di tengah perairan Selat Sunda.

Sejak Juni 2018, Gunung Anak Krakatau erupsi hampir setiap hari.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan bahwa erupsinya tidak besar.

Baca Juga : BNPB: Potensi Tsunami Selat Sunda Tidak Terdeteksi karena Ketiadaan Peralatan Sistem Peringatan Dini

Status aktivitasnya ada di Waspada (level 2).

Zona bahaya ada di dalam radius 2 km.

Jalur pelayaran disebut-sebut masih aman.

Pasca tsunami 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau juga masih erupsi.

Baca Juga : Volcanogenic Tsunami, Bencana yang Disebabkan Oleh Letusan Gunung Api di Tengah Laut

Berikut videonya yang diunggah Humas BNPB:

Sementara itu dilansir dari Kompas.com, Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi merilis citra radar yang menunjukkan perbedaan permukaan Anak Krakatau dilihat dari udara.

Dua citra yang membandingkan kondisi pada 11 Desember dan 23 Desember 2018 itu jelas menunjukkan adanya perubahan permukaan sekitar 357 meter dan 1.800 meter.

Baca Juga : Nelayan Korban Selamat Tsunami Banten Jadi Saksi Hancur dan Tenggelamnya 10 Perahu

Tampak pada citra tersebut bahwa bagian selatan atau kiri bawah pada gambar sudah hilang.

BPPT
BPPT

Perbandingan wajah Anak Krakatau dari udara pada 11 Desember dan 23 Desember 2018.

"Ini bukti bahwa ada area yang hilang atau longsor ke laut, sekitar 64 hektar," kata Widjo Kongko kepada Kompas.com, Senin (24/12/2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli geologi Perancis Christine Deplus dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono, longsornya bagian selatan - barat daya Anak Krakatau bisa picu tsunami.

Baca Juga : Nelayan Korban Selamat Tsunami Banten Jadi Saksi Hancur dan Tenggelamnya 10 Perahu

Dalam pesannya pada Minggu, Hery mengatakan bahwa Anak Krakatau cenderung tumbuh ke arah barat daya dan sisi tersebut juga lebih curam dari lainnya.

"Tentu ini merupakan bagian yang labil dan jika melorot atau longsor tentu dapat memicu tsunami," demikian kata Hery.

Publikasi penelitian Deplus dan Hery di Journal of Vulvanology and Geothermal Research pada 1995 juga mengungkap bahwa tsunami akibat longsoran Anak Krakatau pernah terjadi pada tahun 1981.

Baca Juga : Dua Belas Anak Terjebak di Pulau Sekepel Saat Tsunami Melanda Wilayah Perairan Selat Sunda

Pakar vulkanologi Surono mengungkapkan, berdasarkan citra BPPT tersebut, "Longsorannya besar. energinya juga pasti besar."

Widjo mengungkapkan, untuk bisa lebih pasti, perlu dilakukan perkiraan volume longsoran yang jatuh ke lautan.

(*)

Tag

Editor : Chandra Wulan

Sumber Kompas.com, Twitter