Dengan kata lain Anak Krakatau masih terus aktif, tumbuh membesar dan erupsi.
Namun Sutopo menyebut letusan Anak Krakatau tak akan meletus sebesar orang tuanya pada 1883.
"Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan ibunya yaitu Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tegasnya saat itu.
Tapi para ahli gunung mempunyai argumen lain mengenai hal itu.
Seorang peneliti gunung, Bemmelen (1949) menyebut Anak Krakatau sedang mengumpulkan energi baru untuk meletus, mengamuk kembali.
"Kemungkinan letusan katastropis dapat terulang kembali apabila komposisi kimia batuan hasil letusan, berubah dari magma basa (SiO2 rendah) ke magma asam (SiO2 tinggi)."
"Letusan berbahaya bagi Krakatau umumnya diawali masa istirahat ratusan tahun untuk pengumpulan energi baru," tulis Bemmelen seperti dikutip dari Tribun Jateng, Selasa (25/12).
Ditarik mundur ke belakang, terungkap fakta jika dari November 1992 hingga Juni 2001, Anak Krakatau meletus terus-menerus hampir setiap hari.
15 Menit sekali ia melontarkan piroklastik lepas jenis skoria berukuran abu, pasir, lapilli sampai bom vulkanik, dan beberapa letusan diakhiri dengan leleran lava.
Bencana alam memang tak ada yang tahu pasti kapan datangnya, maka segala kemungkinan mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau dapat berubah sewaktu-waktu.
(*)