Saking Bahayanya, Pilot pun Tak Berani Menembus Awan 'Gelombang Tsunami' yang Muncul di Langit Makassar

Kamis, 03 Januari 2019 | 09:09
Instagram @makassar_iinfo

Penampakan Awan berbentuk Gelombang tsunami di Kota Makassar

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Gridhot.ID - Kemunculan awan berbentuk gelombang tsunami di langit Kota Makassar pada Selasa (1/1/2018) menghebohkan masyarakat.

Hingga kini, kemunculan awan berbentuk gelombang tsunami di langit Kota Makassar itu pun masih menjadi topik perbincangan di berbagai media.

Potret penampakan awan 'gelombang tsunami' ini juga banyak bermunculan di media sosial.

Salah satunya adalah potret penampakan awan 'gelombang tsunami' yang diunggah oleh akun Instagram @makassar_iinfo pada Selasa (1/1/2018).

Dalam unggahan tersebut terlihat awan hitam pekat yang menggulung menyerupai gelombang tsunami di sekitar Pantai Losari, Makassar.

Baca Juga : Heboh Penampakan Awan Berbentuk Gelombang Tsunami di Makassar, Ternyata Ada Bahaya Mengancam di Balik Kemunculannya

Selain foto, akun tersebut juga mengunggah sebuah video yang memperlihatkan potret awan berbentuk gelombang tsunami di sekitaran Pantai Losari.

Seseorang yang merekam video tersebut mengatakan bahwa orang-orang menyebut awan ini sebagai awan tsunami.

Menurut penjelasan BMKG, awan yang menyerupai gelombang tsunami ini disebut dengan awan kumolonimbus.

Biasanya, kemunculan awan kumolonimbus disertai dengan hujan deras, petir dan angin yang kencang.

BMKG juga mengatakan bahwa awan 'gelombang tsunami' atau awan kumolonimbus ini sangat berbahaya.

Terutama untuk lalu lintas penerbangan di udara.

Melansir dari Kompas.com, saat awan 'gelombang tsunami' itu muncul di langit Kota Makassar, ada lima pesawat yang hendak melakukan pendaratan di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Kelima pesawat itu pun terpaksa berputar-putar di ruang udara Makassar selama 20 menit dan baru bisa mendarat setelah cuaca mulai membaik.

Baca Juga : Temukan 2 Retakan Baru di Tubuh Gunung Anak Krakatau, BMKG Khawatirkan Adanya Tsunami Susulan

Hal itu disampaikan oleh General Manager AirNav Indonesia cabang Makassar Air Traffic Service Centre (MATSC) Novy Pantaryanto.

“Saat awan kumulonimbus menggulung di langit Kota Makassar, Selasa (1/1/2019) sore, ada lima pesawat yang mengalami penundaan mendarat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Pesawat itu berputar-putar terlebih dahulu di atas sekitar 15 hingga 20 menit, lalu mendarat setelah cuaca mulai membaik,” ungkap Novy.

Tak hanya BMKG, Novy pun mengatakan jika awan berbentuk gelombang tsunami itu merupakan awan yang sangat berbahaya.

Karena di dalam gumpalan awan kumolonimbus itu terdapat partikel-partikel petir, es dan lain-lain yang membahayakan penerbangan.

Baca Juga : Kesaksian Agung Bastian, Korban Selamat Tsunami di Banten: Digulung Lah Kita di Air

Novy juga menyebutkan bahwa awan kumolonimbus ini adalah hal yang paling dihindari para pilot lantaran di dalam awan itu juga terdapat pusaran angin.

"Sangat mengerikan itu awan kumolonimbus.

Kalau kita liat angin puting beliung, ekor angin itu ada di dalam awan kumolonimbus" jelas Novy.

Novy menambahkan jika awan kumolonimbus atau awan 'gelombang tsunami' ini juga dapat membekukan mesin pesawat karena di dalamnya banyak terdapat partikel-partikel es.

"Awan ini juga dapat membekukan mesin pesawat, karena di dalamnya terdapat banyak partikel-partikel es.

Baca Juga : Gelar Konser di Indonesia, Grup Band Metal Megadeth Lelang 2 Gitar untuk Bantu Korban Gempa Donggala dan Tsunami di Palu

Terdapat partikel petir dan sebagainya di dalam awan itu" tandasnya.

Karena dianggap membahayakan, Novy mengatakan jika pihaknya telah mempunyai alat khusus yakni radar cuaca pada rute penerbangan.

Alat ini bisa melacak cuaca hingga radius 100 kilometer.

Oleh karena itu, jika terlihat awan kumolonimbus pada radar, pihaknya dapat langsung menyampaikan hal itu dan pilot akan membelokkan pesawat hingga 15 derajat.

Saking bahayanya awan 'gelombang tsunami' atau awan kumolonimbus, tidak ada pilot yang berani menembusnya.

Baca Juga : Sedang Hamil 6 Bulan, Wanita Ini Berhasil Selamat dari Tsunami di Lampung Setelah Sempat Terendam Air Laut: Saya Merasa Hidup Saya Akan Berakhir

“Tidak ada pilot yang berani menembus awan kumulonimbus.

Jadi kita mempunyai radar cuaca dan berkoordinasi dengan BMKG sehingga data dari BMKG yang diperoleh terkait cuaca buruk akan disampaikan kepada pilot.

Jadi cuaca buruk yang terjadi, aman bagi lalu lintas penerbangan,” terangnya.

Di akhir, Novy menambahkan awan kumulonimbus berada diketinggian 1.000 hingga 15.000 kaki sehingga penerbangan dengan ketinggian 30.000 hingga 40.000 kaki aman bagi pesawat.

“Jadi, lalu lintas penerbangan aman jika ada cuaca buruk yang mengancam,” tambahnya. (*)

Tag

Editor : Septiyanti Dwi Cahyani

Sumber Kompas.com, Instagram